
Pantau - Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia menyatakan bahwa ekonomi nasional tergolong resilien atau tangguh di tengah ketidakpastian dan dinamika global yang masih terus berlangsung dalam beberapa waktu terakhir.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti, saat memberikan kuliah umum di Universitas Andalas (UNAND), Kota Padang, Sumatera Barat, pada Rabu, 24 September 2025.
Stabilitas Ekonomi Indonesia Diakui
"Kalau kita bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara lain, di tengah dinamika global, ekonomi Indonesia relatif resilien," ungkap Amalia dalam paparannya.
Ia memaparkan bahwa pada Triwulan II tahun 2025, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen.
Pertumbuhan tersebut dinilai mencerminkan stabilitas ekonomi nasional yang tetap terjaga di kisaran 5 persen, mencerminkan kekuatan fundamental ekonomi dan kondisi makroekonomi yang stabil.
Sebagai perbandingan, Amalia menyebutkan bahwa ekonomi Vietnam tumbuh 7,96 persen, terutama karena didorong industrialisasi, ekspor manufaktur, dan arus investasi asing yang tinggi.
Sementara itu, Malaysia dan Singapura masing-masing mencatatkan pertumbuhan 4,4 persen, namun sangat bergantung pada perdagangan global, harga komoditas, dan ekspor elektronik yang tengah melemah.
Sejarah Fluktuatif, Namun Optimis Menatap Masa Depan
Amalia juga menyinggung perjalanan panjang pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1961 yang dinilai fluktuatif namun tetap menunjukkan kemampuan untuk pulih dan bangkit.
Ia menyatakan bahwa fluktuasi adalah hal wajar dalam dinamika ekonomi, dan Indonesia telah membuktikan kapasitasnya untuk bangkit dari berbagai tantangan.
Contohnya, pada tahun 1963 saat akhir pemerintahan Orde Lama, Indonesia mengalami kontraksi ekonomi sebesar minus 2,24 persen.
Namun, hanya lima tahun kemudian, tepatnya pada 1968 di era awal Orde Baru, ekonomi Indonesia mampu tumbuh pesat hingga 10,92 persen.
"Kita tidak pernah membayangkan pada 1968 itu ekonomi Indonesia bisa tumbuh dobel digit, tapi itu terjadi," jelas Amalia.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan tinggi pada saat itu merupakan hasil dari intervensi kebijakan ekonomi antara tahun 1966 hingga 1968 yang dinilai sangat tepat dan efektif.
Sementara itu, pada masa pandemi COVID-19 di tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 2,07 persen, sejalan dengan penurunan ekonomi global.
Namun berkat perbaikan kebijakan dan pemulihan pascapandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus membaik dan kembali stabil di atas 5 persen, seperti yang tercatat pada kuartal II tahun 2025.
Tag:
- Penulis :
- Ahmad Yusuf