
Pantau - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis, 2 Oktober 2025, dipicu oleh penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) dan membaiknya neraca perdagangan Indonesia.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyatakan bahwa pelemahan sentimen terhadap dolar AS akibat kebuntuan anggaran di Kongres AS menjadi salah satu faktor utama penguatan rupiah.
“Penutupan pemerintah AS juga telah merumahkan sekitar 750 ribu pegawai federal, dengan perkiraan kerugian ekonomi harian sebesar 400 juta dolar AS,” ujar Josua.
Shutdown AS Hambat Data Ekonomi dan Tekan Dolar
Penutupan sebagian pemerintah federal AS terjadi setelah Partai Republik dan Demokrat gagal mencapai kesepakatan pendanaan sementara sebelum tenggat 30 September, yang menandai berakhirnya tahun fiskal 2024.
Kebuntuan di Kongres dipicu oleh:
- Partai Republik tidak memiliki mayoritas suara di Senat
- Senat Demokrat menolak resolusi anggaran jangka pendek versi DPR AS
- Demokrat menilai RUU anggaran tidak menjawab isu layanan kesehatan
Republik mengklaim resolusi mereka adalah proposal “bersih” yang mempertahankan pengeluaran saat ini dan memberi waktu menyusun RUU lengkap tahun fiskal 2025
Kondisi ini menyebabkan tertundanya rilis data ekonomi utama, seperti:
- Jobless claims
- Non-farm payrolls (NFP) September 2025
Rupiah Menguat ke Rp16.609, Diperkirakan Bergerak Stabil
Pada pembukaan perdagangan Kamis, rupiah tercatat menguat 26 poin atau 0,16 persen, ke level Rp16.609 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.635.
Josua Pardede memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.600 hingga Rp16.725 per dolar AS sepanjang hari, didorong oleh pelemahan dolar akibat ketidakpastian fiskal di AS.
Pasar global kini memperkirakan:
- 90 persen peluang The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober
- 70 persen peluang penurunan lanjutan pada akhir tahun
Surplus Perdagangan dan Inflasi Dukung Sentimen Domestik
Selain faktor eksternal, sentimen positif terhadap rupiah turut diperkuat oleh data perdagangan Indonesia yang membaik.
Surplus perdagangan pada September 2025 tercatat 5,49 miliar dolar AS, naik dari 4,17 miliar dolar AS pada Agustus
Peningkatan didorong oleh pelemahan impor, menandakan permintaan domestik yang selektif dan efisiensi dalam pembelian luar negeri
Namun, data inflasi menunjukkan tekanan yang mulai menguat:
- Inflasi tahunan naik menjadi 2,65 persen dari sebelumnya 2,31 persen
- Kenaikan dipicu oleh rebound harga pangan yang bergejolak dan inflasi inti yang lebih kuat
Kombinasi antara faktor eksternal berupa tekanan fiskal di AS dan data domestik yang relatif positif memberi ruang stabil bagi rupiah dalam jangka pendek.
- Penulis :
- Aditya Yohan