
Pantau - Seorang perempuan paruh baya datang bersama seorang bocah laki-laki ke sebuah kios bercat putih dengan pintu besi hijau tua di Simpang Empat Wajok Hilir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Layanan Gadai dari Kios Sederhana
Di atas pintu kios tersebut terpampang plang hijau bertuliskan "Agen Pegadaian, Simpang Empat Wajok Hilir." Dari balik teralis, Yan Fitriansyah, Agen Pegadaian, menyambut perempuan tersebut dengan senyuman dan berkata, "Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?"
Perempuan itu, Anisa, tersenyum dan mengeluarkan kalung emas dari tas ungu miliknya, lalu menyerahkannya kepada Yan. "Saya mau gadai kalung bang, tolong ditaksir," ujarnya. Yan menerima kalung tersebut dan menjawab, "Baik bu, silahkan duduk dulu, nanti saya panggil."
Dari kios berukuran sekitar 6x5 meter itu, Yan menjalankan peran penting menghadirkan layanan keuangan yang mudah diakses oleh masyarakat sekitar. Ia telah menjadi agen Pegadaian sejak tahun 2021, setelah ditunjuk oleh Kantor Pegadaian Cabang Siantan, Kota Pontianak.
Penunjukan itu dilakukan karena Kantor Unit Pelayanan Cabang Batu Layang ditutup, dan pihak cabang Siantan mencari pengganti layanan di wilayah tersebut. "Akhirnya saya dipilih karena sebelumnya saya juga menjadi agen dari salah satu bank BUMN sejak tahun 2019. Mungkin pengalaman ini yang membuat saya ditunjuk untuk menjadi agen Pegadaian," ungkapnya.
Menjadi Penghubung dan Edukator Keuangan
Dalam satu hari, Yan biasanya melayani antara 10 hingga 15 nasabah, sebagian besar berasal dari suku Madura. Ia menjelaskan, "Kalau di sini, masyarakatnya mayoritas suku Madura. Mereka banyak memiliki emas besar dan mahal, jadi saya fokus di layanan gadai emas karena itu kebutuhan utama di sini."
Yan mengakui masih banyak masyarakat yang memiliki persepsi lama bahwa Pegadaian hanya tempat untuk menggadaikan barang saat terdesak. "Mindset masyarakat masih beranggapan bahwa Pegadaian yang tempat gadai. Belum banyak yang tahu tentang investasi emas atau mencicil emas. Tapi pelan-pelan saya coba untuk memberikan pemahaman kepada mereka tentang investasi dan tabungan emas," katanya.
Sebagai agen, Yan juga berperan sebagai edukator keuangan, menyebarkan informasi secara informal agar masyarakat memahami bahwa emas adalah bentuk investasi jangka panjang. Ia menjadi penghubung antara Pegadaian Siantan dan Jungkat, mengisi kekosongan layanan di daerah tersebut.
Dalam sebulan, aktivitas gadai emas di tempat Yan bisa mencapai ratusan transaksi dengan nilai pinjaman beredar (Outstanding Loan/OSL) hingga ratusan juta rupiah. Bagi Yan, angka tersebut bukan hanya pencapaian bisnis, tetapi juga mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap layanannya.
Namun, ia juga menghadapi tantangan seperti perubahan sistem imbalan untuk agen dan dinamika ekonomi masyarakat. "Sekarang sistem fee-nya berubah. Kalau dulu agen dapat bagian dari nasabah yang menebus setelah jatuh tempo, sekarang tidak lagi. Hanya nasabah aktif yang dihitung. Tapi ya, ini bagian dari tanggung jawab," jelasnya.
Bagi Yan, setiap transaksi memiliki cerita perjuangan hidup para nasabah. Ada yang menggadaikan emas demi biaya sekolah anak, ada pula untuk kebutuhan sehari-hari. "Yang membuat saya bahagia ketika mereka datang lagi dengan wajah lega setelah menebus emasnya. Rasanya itu luar biasa, senang," tuturnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf