Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Masa Depan Fashion Indonesia: Antara Estetika, Teknologi, dan Tanggung Jawab Etis

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Masa Depan Fashion Indonesia: Antara Estetika, Teknologi, dan Tanggung Jawab Etis
Foto: (Sumber: Bali Fashion Network (BFN) 2026 yang digelar di Bali belum lama ini menjadi salah satu simbol dari pergeseran paradigma fashion ke arah yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. ANTARA/HO-BFN 2026.)

Pantau - Industri fashion tidak lagi hanya soal gaya, potongan, atau tren musiman, tetapi telah bergeser menjadi ruang refleksi terhadap isu-isu besar dunia seperti krisis iklim, disrupsi teknologi, dan ketimpangan sosial-ekonomi.

Perubahan ini mendorong pelaku fashion menyusun ulang paradigma industri agar lebih bertanggung jawab, efisien, dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Transformasi ini terlihat nyata dalam ajang Bali Fashion Network (BFN) 2026 yang digelar di Bali, sebuah platform yang menyatukan inovator teknologi dengan pelaku bisnis kreatif dalam semangat keberlanjutan.

BFN 2026 menjadi simbol transisi menuju industri fashion Indonesia yang menjadikan teknologi dan etika sebagai fondasi utama proses kreatif dan produksi.

Dari Tren ke Tanggung Jawab: Fashion Indonesia Hadapi Realitas Baru

Selama ini, fashion kerap dilihat dari aspek permukaan: warna, potongan, dan gaya hidup.

Namun di balik produk jadi, terdapat rantai panjang yang melibatkan petani serat, pekerja garmen, pengrajin lokal, hingga sistem logistik yang kompleks.

Sayangnya, banyak proses dalam rantai ini masih meninggalkan jejak karbon tinggi, limbah tekstil, dan praktik kerja yang tidak adil.

Karena itu, peralihan ke sistem produksi yang lebih cerdas dan berkelanjutan bukan lagi tren, tapi keniscayaan.

BFN 2026 menampilkan berbagai inovasi seperti serat bio dari Lenzing (Austria), serat ramah lingkungan dari Sorona (AS), material biodegradable dari Greenhope (Indonesia), hingga teknologi digital printing hemat energi yang secara signifikan mengurangi limbah produksi.

Inovasi ini bukan hanya soal kecanggihan teknis, tetapi juga mencerminkan etika dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesejahteraan manusia.

Kolaborasi lintas sektor yang terjadi di ajang ini menunjukkan potensi terbentuknya rantai produksi fashion yang lebih efisien, inklusif, dan berdaya saing global.

Chris Rianto, Founder dan CEO Paramatex sekaligus inisiator BFN 2026, menyatakan, "Masa depan fashion Indonesia tidak hanya ditentukan oleh desain, tetapi juga oleh teknologi dan material."

Pernyataan ini menegaskan bahwa keindahan fashion masa kini harus sejalan dengan proses produksi yang etis dan ramah lingkungan.

Sebuah gaun indah yang dihasilkan melalui proses yang mencemari lingkungan atau mengeksploitasi tenaga kerja bukan lagi simbol kemajuan, melainkan lambang zaman yang tertinggal.

Kesadaran baru ini menandakan bahwa masa depan fashion Indonesia akan ditentukan bukan oleh seberapa cepat koleksi berganti, tetapi oleh seberapa besar tanggung jawab yang diemban terhadap kehidupan.

Penulis :
Aditya Yohan

Terpopuler