
Pantau - Pemerintah menetapkan Maluku Utara sebagai pusat rempah dunia dan menegaskan komitmen mengembalikan kejayaan rempah Indonesia melalui strategi hilirisasi dan industrialisasi perkebunan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa Maluku Utara memiliki potensi luar biasa untuk pengembangan komoditas unggulan seperti pala, cengkeh, dan kelapa.
"Saya menilai Maluku Utara memiliki potensi luar biasa sebagai episentrum pengembangan komoditas perkebunan yakni rempah seperti pala, dan cengkeh serta komoditas kelapa, komoditas yang sejak berabad-abad lalu menjadikan kawasan timur Indonesia sebagai poros perdagangan dunia. Kini, melalui hilirisasi dan industrialisasi perkebunan, Kementan bertekad mengembalikan kejayaan itu dalam bingkai ekonomi modern," ungkapnya.
Ia menekankan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam dalam mengangkat kembali sektor perkebunan Indonesia seperti pada masa kejayaan rempah-rempah di era kedatangan bangsa Portugis dan Belanda.
"Maluku dan Maluku Utara harus menjadi pusat rempah dunia," ia mengungkapkan di hadapan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjhoanda, para bupati, serta jajaran Forkopimda.
Hilirisasi dan Investasi Raksasa di Sektor Perkebunan
Sebagai bentuk nyata komitmen, pemerintah menyiapkan anggaran investasi sebesar Rp371 triliun untuk mendukung hilirisasi sektor pertanian, khususnya subsektor perkebunan strategis di seluruh Indonesia.
Amran menyebut alokasi dana akan difokuskan pada daerah yang menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan hilirisasi dan menciptakan nilai tambah produk.
"Kalau gubernur dan bupati serius, kami akan alokasikan bantuan besar. Tapi kalau hanya pusat yang bekerja keras sementara daerah diam, tidak akan ada kemajuan," tegas Menteri Amran.
Di Maluku Utara, dukungan konkret dilakukan dengan menambah luas tanam kelapa dari 10 ribu menjadi 15 ribu hektare, sebagai bagian dari program pengembangan 14 komoditas perkebunan strategis nasional.
Program ini ditargetkan mampu menyerap hingga 8,6 juta tenaga kerja di berbagai wilayah.
"Kami siapkan benih, alat, dan pembinaan dari hulu sampai hilir. Pemerintah ingin rakyat sejahtera dari tanahnya sendiri," ujarnya.
Potensi Ekspor Kelapa dan Dorongan Pembangunan Pabrik
Amran menekankan pentingnya hilirisasi komoditas kelapa, mengingat saat ini nilai ekspor kelapa Indonesia mencapai Rp24 triliun.
Jika kelapa diolah menjadi produk turunan seperti santan, minyak kelapa, hingga coconut milk, potensi nilainya bisa meningkat drastis.
"Kalau kita olah air kelapa saja, nilainya bisa ribuan triliun. Dunia kini bergeser, susu diganti coconut milk. Eropa dan Tiongkok tidak bisa tanam kelapa, hanya Indonesia dan Filipina yang bisa. Maka kita yang harus memimpin pasar dunia," jelasnya.
Selain kelapa, pemerintah juga mendorong percepatan pembangunan pabrik pengolahan pala dan cengkeh agar nilai tambah tidak dinikmati negara lain.
"Jangan kirim bahan mentah, kirim hasil olahan. Satu pabrik pala bisa menaikkan nilai ekonomi 100 kali lipat," tegasnya.
Dukungan Pemerintah Daerah Maluku Utara
Gubernur Maluku Utara Sherly Tjhoanda menyampaikan apresiasinya atas perhatian pemerintah pusat terhadap pengembangan sektor perkebunan di wilayahnya.
Ia menegaskan kesiapan pemerintah provinsi mendukung penuh visi menjadikan Maluku Utara sebagai pusat rempah dunia dan industri kelapa nasional.
"Kami Pemprov Maluku Utara dan masyarakat mengapresiasi kunjungan Pak Mentan ke Maluku Utara. Ke depan, kami akan optimalkan lahan-lahan tidur untuk penambahan pabrik sehingga masyarakat mampu meningkatkan kualitas hasilnya, produktivitas meningkat, dan kesejahteraan petani naik," ungkap Gubernur Sherly.
- Penulis :
- Arian Mesa










