Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Sawit Perkuat Neraca Perdagangan Indonesia, Airlangga: Ekspor Capai 28,55 Juta Ton

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Sawit Perkuat Neraca Perdagangan Indonesia, Airlangga: Ekspor Capai 28,55 Juta Ton
Foto: (Sumber: Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan secara daring pada pembukaan 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/11/2025). ANTARA/Subagyo..)

Pantau - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa sektor kelapa sawit memiliki peranan strategis dalam memperkuat neraca perdagangan nasional.

Sawit Jadi Penopang Surplus Perdagangan

Dalam sambutannya pada pembukaan 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/11/2025), Airlangga menyebut hingga September 2025 surplus perdagangan nasional mencapai 4,34 miliar dolar AS.

“Sawit menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam surplus tersebut,” ungkap Airlangga yang hadir secara daring.

Ia menambahkan, “Dari Januari hingga September ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 28,55 juta ton meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.”

India dan Tiongkok masih menjadi pasar utama ekspor minyak sawit Indonesia, sementara permintaan dari Jepang dan Selandia Baru untuk produk nonmigas berbasis sawit juga meningkat.

Menurutnya, rata-rata harga tandan buah segar (TBS) sawit di kisaran Rp3.000 per kilogram memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani dan menjaga daya saing industri.

Dorong Keberlanjutan dan Transisi Energi

Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah terus memperkuat sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) serta menyiapkan sistem informasi terpadu yang menghubungkan kebijakan, data sertifikasi, dan rantai pasok industri sawit.

“Langkah ini akan meningkatkan transparansi dan memungkinkan pelacakan secara real time,” katanya.

Selain itu, pemerintah berkomitmen memperkuat transisi energi bersih berbasis sawit melalui program biodiesel nasional.

“Program biodiesel nasional kini telah mencapai mandat B40 dan pemerintah berencana menerapkan B50 pada semester kedua 2026,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa program ini telah berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 41,46 juta ton CO2.

Selain biodiesel, pemerintah juga tengah mengembangkan bioavtur dan bioetanol berbasis sawit sebagai bahan bakar berkelanjutan untuk sektor transportasi udara dan darat.

“Kami berharap dalam dua hingga tiga tahun ke depan produk ini bisa mulai dipasarkan secara komersial,” kata Airlangga.

Hilirisasi Jadi Kunci Nilai Tambah

Menko Perekonomian menegaskan pentingnya hilirisasi industri sawit sebagai sumber nilai tambah nasional agar tidak berhenti pada ekspor bahan mentah.

“Melalui inovasi, kita bisa menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat industri dalam negeri,” tegasnya.

Airlangga juga mencontohkan kerja sama antara Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dan industri pertahanan yang telah memanfaatkan bahan baku sawit untuk produksi dalam negeri.

Penulis :
Ahmad Yusuf