
Pantau - Kebutuhan bahan pangan untuk mendukung operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani sekitar 3.000 penerima manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mencapai angka yang signifikan, dengan konsumsi utama berupa beras, ayam, telur, dan sayuran yang diolah setiap hari.
Kebutuhan Bahan Pangan Capai Puluhan Ton per Bulan
Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat kebutuhan karbohidrat utama SPPG berupa beras mencapai rata-rata 2,5 ton setiap bulan atau setara dengan 200 hingga 225 kilogram per hari.
Untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani, dapur SPPG memerlukan pasokan ayam sebanyak 2,6 ton per bulan atau sekitar 300 kilogram per hari.
Kebutuhan telur juga cukup tinggi, mencapai 26.400 butir atau sekitar 1,6 ton per bulan, dengan penggunaan rata-rata 3.300 butir setiap kali memasak dan disajikan dua kali dalam sepekan.
Selain itu, sebanyak 1.300 bungkus tempe dan ratusan kilogram sayuran dibutuhkan untuk memenuhi menu harian yang sesuai dengan standar gizi seimbang bagi anak sekolah.
Saat ini terdapat 20 dapur SPPG yang aktif beroperasi di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, dan masing-masing dapur dapat menyerap hingga 50 tenaga kerja, terdiri dari kepala dapur, ahli gizi, tenaga akuntansi, serta 47 orang relawan dari masyarakat.
Dukung Pangan Lokal dan Gerakkan Ekonomi Warga
BGN menegaskan bahwa tingginya kebutuhan pangan untuk SPPG membuka peluang ekonomi bagi petani, peternak, dan pelaku usaha kecil di sekitar wilayah operasional.
Namun, sistem pengadaan dilakukan dalam skala besar sehingga penyediaan bahan pangan harus dikoordinasikan secara kolektif melalui koperasi atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"Pengadaan dilakukan dalam partai besar sehingga suplai harus dilakukan secara kolektif melalui koperasi atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)," ungkap pihak BGN.
Masyarakat yang ingin berpartisipasi diimbau untuk berkoordinasi dengan koperasi atau BUMDes agar bahan pangan dapat dikumpulkan terlebih dahulu dan disetor ke dapur SPPG dalam jumlah besar.
BGN berharap program MBG tidak hanya menekan angka gizi buruk, tetapi juga menggerakkan kembali sektor pertanian dan peternakan di Papua Barat, dengan melibatkan masyarakat yang sebelumnya telah berhenti bertani atau beternak.
"Implementasi MBG bukan hanya untuk menurunkan angka gizi buruk, tetapi juga untuk menggerakkan ekonomi masyarakat melalui keterlibatan petani, nelayan, dan pelaku usaha lokal," ujarnya.
Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Papua Barat, Obet Rumbruren, menyatakan dukungannya terhadap program MBG dan telah melakukan sosialisasi di beberapa daerah di Papua Barat.
Ia mengungkapkan, "Saya selalu mendukung program MBG dengan melakukan sosialisasi di beberapa daerah di Papua Barat."
Pemenuhan gizi yang optimal bagi anak-anak Papua dinilai sebagai kunci peningkatan kesejahteraan masyarakat di Tanah Papua dan Papua Barat.
- Penulis :
- Shila Glorya








