
Pantau - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi repo dengan menggunakan obligasi PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF sebagai underlying telah mencapai Rp299 miliar sejak pelaksanaan pertama pada 10 November 2025.
Transaksi repo ini dilakukan dengan tenor selama satu minggu dan menggunakan obligasi SMF sebagai jaminan.
Meskipun tidak merinci tingkat kupon obligasi tersebut, BI menyebut bahwa suku bunga repo berada di bawah special rate perbankan.
Perluasan Instrumen dan Penguatan Likuiditas
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengungkapkan, "Ada sembilan bank sudah melakukan transaksi repo SMF dengan Bank Indonesia. Dan Alhamdulillah, sudah masuk Rp299 miliar."
Ia menambahkan bahwa penggunaan obligasi korporasi sebagai underlying merupakan langkah terobosan pertama, karena sebelumnya transaksi repo BI hanya menggunakan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Kebijakan ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), yang memperluas kewenangan BI dalam melakukan operasi moneter melalui repo dan reverse repo dengan surat berharga berkualitas tinggi.
Destry menyampaikan bahwa langkah ini membantu pemegang obligasi SMF yang membutuhkan likuiditas tanpa harus menjual surat utangnya.
Selain itu, menurutnya, kemampuan obligasi SMF untuk direpokan ke BI akan meningkatkan kepercayaan investor dan memperkuat permintaan pasar terhadap instrumen tersebut.
Pasar Repo Nasional dan Potensi Pertumbuhannya
Destry menegaskan bahwa pengembangan pasar repo menjadi prioritas BI dalam memperdalam pasar uang domestik.
Ia membandingkan dengan negara lain seperti Thailand dan Malaysia, yang sudah memiliki pasar repo lebih maju dengan dominasi transaksi beragunan.
Menurutnya, penggunaan kolateral dalam transaksi repo membuat pasar menjadi lebih aman dan biaya pendanaan dapat ditekan.
"PR kami di BI sebagai regulator di pasar uang adalah bagaimana kita terus memperdalam pasar uang supaya tercapai stabilitas dan transmisi kebijakan moneter kami bisa tecermin," ia mengungkapkan.
Transaksi repo di Indonesia menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dari Rp4,4 triliun pada 2021 menjadi Rp17,6 triliun hingga 14 November 2025.
Persiapan SMF dan Sinergi Kebijakan Moneter-Fiskal
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menjelaskan bahwa penetapan obligasi SMF sebagai underlying tidak dilakukan secara instan.
Menurutnya, dalam beberapa bulan terakhir, telah dilakukan asesmen menyeluruh terkait likuiditas, jumlah outstanding, peringkat kredit, status entitas, dan kelayakan obligasi sebagai aset likuid berkualitas tinggi (high quality liquid asset atau HQLA).
Ia menegaskan bahwa langkah ini merupakan wujud sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal dalam memperkuat pembiayaan perumahan nasional.
Langkah ini juga mendukung program pembangunan 3 Juta Rumah yang sedang dijalankan pemerintah.
Per 31 Oktober 2025, nilai outstanding obligasi SMF tercatat sebesar Rp25,3 triliun, setara sekitar 6 persen dari total outstanding surat berharga korporasi nasional yang mencapai Rp413 triliun.
Dengan peringkat idAAA secara nasional dan BBB secara global, Ananta menyebut bahwa obligasi SMF termasuk salah satu instrumen terbesar yang dimiliki perbankan nasional.
"Kami ucapkan terima kasih atas dukungan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, OJK, Rating Agency, dan para investor serta seluruh pihak yang telah mendorong terwujudnya momen penting ini. Semoga kolaborasi kita dapat membawa manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia," ungkapnya.
- Penulis :
- Shila Glorya







