
Pantau - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta pada Selasa menguat 9 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp16.768 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp16.777 per dolar Amerika Serikat.
Penguatan rupiah terjadi seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap rencana pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed pada 2026.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menilai penguatan rupiah dipicu oleh pelemahan dolar Amerika Serikat.
Lukman Leong mengatakan, “Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang melemah oleh kembali meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed di 2026,” ungkapnya.
Hingga saat ini, Federal Reserve telah memangkas suku bunga acuan dengan total 70 basis poin.
Posisi suku bunga acuan Federal Reserve saat ini berada di kisaran 3,5 hingga 3,75 persen.
Pada tahun depan, bank sentral Amerika Serikat diperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali.
Perkiraan tersebut turut didukung oleh sikap agresif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Lukman Leong menjelaskan perubahan ekspektasi pasar dengan mengatakan, “Menurut dot plot (grafik proyeksi suku bunga masa depan) dari FOMC (Federal Open Market Committee) terakhir adalah sekali (pemangkasan suku bunga pada tahun depan). Namun, investor meningkatkan harapan menjadi dua kali sekarang,” ujarnya.
Meski menguat, pergerakan nilai tukar rupiah dinilai masih akan terbatas.
Keterbatasan tersebut dipengaruhi oleh prospek pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia pada tahun depan.
Bank Indonesia diperkirakan akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali dengan total pemotongan basis poin tertentu.
Lukman Leong menilai kebijakan moneter yang longgar akan menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Ia mengatakan, “Selain itu, tentunya kebijakan longgar BI dan pemerintah akan meningkatkan likuiditas yang umumnya memang menekan nilai mata uang negara bersangkutan,” ungkapnya.
Selain faktor moneter, kekhawatiran terhadap defisit anggaran juga menjadi tekanan bagi rupiah.
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diproyeksikan mencapai 2,78 persen terhadap Produk Domestik Bruto.
Defisit APBN terkini tercatat sebesar 2,35 persen terhadap Produk Domestik Bruto.
Nilai defisit tersebut masih berada di bawah target proyeksi defisit APBN tahun 2025.
Meski demikian, terdapat kekhawatiran defisit anggaran akan mendekati batas 3 persen.
Lukman Leong menyampaikan kekhawatiran tersebut dengan mengatakan, “Walau masih di bawah 3 persen, namun ada kekhawatiran akan lebih tinggi dari dan mendekati 3 persen,” ujarnya.
Berdasarkan berbagai faktor tersebut, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.700 hingga Rp16.800 per dolar Amerika Serikat.
- Penulis :
- Aditya Yohan








