Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.771 per Dolar AS Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.771 per Dolar AS Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
Foto: (Sumber: Arsip foto - Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/bar/pri.)

Pantau - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta pada Rabu 24 Desember 2025 menguat 16 poin atau 0,10 persen ke level Rp16.771 per dolar Amerika Serikat dari posisi sebelumnya Rp16.787 per dolar AS.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memprediksi penguatan rupiah akan berlangsung terbatas menjelang Hari Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

Penguatan rupiah diperkirakan tertahan karena menjelang libur panjang Nataru biasanya terjadi peningkatan permintaan dolar secara musiman di dalam negeri.

Permintaan dolar tersebut berkaitan dengan kebutuhan pembayaran impor, penyesuaian kas akhir tahun, serta pengelolaan kewajiban valuta asing.

Kondisi musiman itu sebelumnya telah memangkas ruang penguatan rupiah dan mendorong pergerakannya sempat berbalik melemah tipis.

Dari sisi domestik, sentimen positif bagi rupiah berasal dari peluang arus masuk dana asing ke pasar obligasi pemerintah.

Dukungan tersebut tercermin dari peningkatan kepemilikan asing pada obligasi pemerintah Indonesia.

Penurunan imbal hasil obligasi berdenominasi rupiah turut menambah pasokan valuta asing di pasar domestik.

Peningkatan pasokan valuta asing tersebut membantu menahan tekanan depresiasi rupiah.

Dari sisi global, dolar Amerika Serikat cenderung melemah seiring penguatan mata uang utama dunia lainnya.

Kondisi pasar global yang relatif sepi menjelang libur akhir tahun turut menekan pergerakan dolar AS.

Melemahnya dolar membuat tekanan terhadap rupiah menjadi lebih mereda dalam jangka pendek.

Namun pelemahan dolar tidak sepenuhnya mulus karena data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang kuat dengan laju tahunan 4,3 persen mendorong pasar bersikap lebih berhati-hati.

Kondisi tersebut menahan ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat yang terlalu agresif.

Dolar AS masih berpotensi memperoleh penopang sewaktu-waktu di tengah dinamika pasar global.

Perhatian pelaku pasar juga tertuju pada rilis data klaim tunjangan pengangguran mingguan Amerika Serikat.

Pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat tenor 10 tahun di sekitar 4,16 persen turut menjadi faktor yang dicermati.

Dalam kondisi volume perdagangan yang tipis, faktor tersebut berpotensi memicu penguatan dolar Amerika Serikat.

Penulis :
Ahmad Yusuf