
Pantau.com - Presiden Donald Trump akan menghadiri KTT G20 pada hari Rabu dengan mengeluarkan peringatan tarif baru kepada China dan menyatakan Vietnam bisa menjadi yang berikutnya.
Trump menikmati perang dagang dengan China. Bahkan, ia menjelaskan tidak berminat untuk memberikan banyak dasar ketika ia mengadakan pembicaraan yang diawasi ketat dengan Presiden Xi Jinping pada hari Sabtu.
"Perekonomian China sedang menurun, mereka ingin membuat kesepakatan," kata Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox Business Network yang dikutip The Guardian.
Trump telah memberlakukan pungutan atas USD200 miliar impor China dalam upaya untuk memaksa Beijing untuk mematuhi undang-undang kekayaan intelektual. Presiden mengindikasikan dia juga siap untuk menampar tarif pada semua impor China yang tersisa, bernilai lebih dari USD300 miliar.
"Anda memiliki USD325 miliar yang belum saya kenakan pajak ini sudah matang untuk dikenakan pajak, karena mengenakan tarif," katanya kepada Fox.
Baca juga: Tak Dibatasi, Grand Indonesia dan Plaza Indonesia Beroperasi Normal
Selama wawancara, Trump juga mengisyaratkan ia mungkin akan mengenakan tarif pada Vietnam, menggambarkan negara itu sebagai pelaku tunggal terburuk bagi semua orang.
"Banyak perusahaan pindah ke Vietnam, tetapi Vietnam mengambil keuntungan dari kami bahkan lebih buruk daripada China. Jadi ada situasi yang sangat menarik terjadi di sana," kata Trump.
Trump mengatakan bahwa tarif perdagangan China hanya merugikan Cina, sementara AS diuntungkan oleh situasi tersebut. "Apa yang terjadi adalah orang-orang pindah dari China. Perusahaan keluar dari China, omong-omong, ada yang kembali ke Amerika Serikat karena mereka tidak mau membayar tarif," katanya.
Trump memang mengatakan bahwa ancaman sebelumnya terhadap pajak sisa tradeat 25 persen dapat diubah menjadi kurang keras 10 persen. Kedua belah pihak mengatakan mereka hampir mencapai kesepakatan sebelum pembicaraan macet di bulan Mei.
"Kami berada sekitar 90 persen dari perjalanan ke sana," kata menteri keuangan, Steven Mnuchin, kepada televisi CNBC, seraya menambahkan ia menantikan pembicaraan Trump-Xi tetapi menekankan tidak akan ada kesepakatan untuk demi kesepakatan.
"Saya berharap pesan yang ingin kita dengar adalah bahwa mereka ingin kembali ke meja," kata Mnuchin.
Baca juga: Icon Rusak di 22 Mei, Dirut Sarinah Harapkan Tak Terulang di Hari Ini
Upaya agresif Trump untuk menulis ulang aturan dengan China adalah bagian dari kebijakan yang lebih luas untuk memperbaiki apa yang dia katakan yakni sistem yang dirancang untuk melawan Amerika Serikat.
"Hampir semua negara di dunia ini mengambil keuntungan luar biasa dari Amerika Serikat. Ini sulit dipercaya," katanya dalam wawancara panjangnya.
Mengarahkan pandangannya ke lanskap yang lebih luas, Trump juga mengecam mitra dekat Jerman dan Jepang. Dia menggambarkan Jerman bagian dari fondasi aliansi AS dengan Eropa Barat sebagai "nakal" karena tidak membayar cukup untuk anggaran NATO.
"Jadi Jerman membayar miliaran dan miliaran dolar untuk energi, oke," katanya.
"Jadi mereka memberi Rusia miliaran dolar namun kita seharusnya melindungi Jerman dan Jerman berandalan! Baik?," tambahnya.
Trump menyuarakan keluhan serupa tentang Jepang, sekutu terdekat Washington di Asia dan tuan rumah KTT G20, yang telah di bawah perlindungan payung militer AS sejak kekalahannya dalam perang dunia kedua. "Jika Jepang diserang, kita akan berperang di Perang Dunia III. Kami akan masuk dan melindungi mereka dengan hidup kami dan dengan harta kami," katanya.
"Tetapi jika kita diserang, Jepang tidak harus membantu kita. Mereka bisa menontonnya di televisi Sony," ujar Trump.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Trump tetap malu-malu tentang harapan untuk pertemuannya di G20 dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
- Penulis :
- Nani Suherni










