Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Dari Laut ke Darat, Blok Masela Jadi Ladang Surga Gas Abadi Indonesia

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Dari Laut ke Darat, Blok Masela Jadi Ladang Surga Gas Abadi Indonesia

Pantau.com - Pengembangan Lapangan Abadi Blok Masela atau ladang gas Abadi yang diperkirakan akan menampung 6,97 triliun kaki kubik (tcf) gas masih terus berjalan.

Selain itu, Blok Masela diproyeksikan dapat memproduksi gas 421 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan minyak diproyeksikan sekira 8.400 barel per hari.

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan, jika terealisasi, proyek ini menjanjikan hasil yang yang cukup signifikan. Mulai dari proses awal saat memulai investasi hingga saat produksi. 

"Investasi dari INPEX (Operator Blok Masela) itu kan sekitar USD20 miliar (sekitar Rp282 triliun) itu merupakan investasi yang masuk ke Indonesia cukup besar bahkan terbesar (untuk) investasi," ujarnya kepada Pantau.com, Selasa (9/7/2019).

Baca juga: Sempat Terkatung-katung 20 Tahun, Ini Seksinya Blok Masela

Belum lagi kata dia, ketika sudah mulai konstruksi, Blok Masela yang ada di darat (on shore) akan menambah lapangan pekerjaan. Bahkan turut menghidupkan sektor-sektor lainnya. 

"Pada saat proses konstruksi akan melibatkan kontraktor-kontraktor di Indonesia maka itu juga akan menambah pekerja, menambah lapangan pekerjaan," ungkapnya.

Ditambah lagi saat mulai berproduksi, potensi penggunaan gas hingga 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan kapasitas kilang hingga 9,5 juta ton per tahun (MTPA).  

Dengan adanya produksi kata dia, maka akan mendorong industri lain terutama yang menggunakan bahan baku gas. Sehingga investasi ini dipastikan membawa efek berganda.

"Saat produksi dari Masela cukup besar sekali. Kemudian dalam persetujuan itu Indonesia dapat persetujuan maksimal 59 persen nah itu juga pendapatan cukup besar untuk APBN," ungkapnya.

Baca juga: Sah! Indonesia dan Inpex Teken Kesepakatan Final Blok Masela

"Belum lagi industri penunjang transportasi hotel dan sebagainya. Ini akan memberikan dampak multiplayer effect pada keekonomian nasional, maupun juga daerah, khususnya daerah Maluku," pungkasnya.

Seperti diketahui, proses kesepakatan mengenai pengembangan ini sudah dilakukan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemudian pada era Jokowi sempat mengalami perubahan skema perjanjian. Jokowi mengubah rencana offshore (laut) ke onshore (darat), karena opsi yang terakhir dinilai akan memiliki dampak ekonomi yang lebih tinggi bagi masyarakat Maluku, terutama untuk Kepulauan Aru. 

Saat ini, hak partisipasi Masela, dimiliki oleh Inpex Masela Ltd. INPEX juga bertindak sebagai operator sebesar 65 persen, sementara sisanya milik Royal Dutch Shell Corporation sebesar 35 persen.

rn
Penulis :
Nani Suherni