Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ini Penjelasan Lengkap BI Soal Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Ini Penjelasan Lengkap BI Soal Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

Pantau.com - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menanggapi pelemahan rupiah yang terjadi sejak Jumat 20 April 2018 lalu. Bahkan menyentuh angka Rp13.908 per dolar AS, Senin 23 April 2018..

"Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah (IDR) sesuai fundamentalnya, Bank Indonesia telah melakukan intervensi baik di pasar valas maupun pasar SBN dalam jumlah cukup besar," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Pantau.com, Selasa (24/4/2018).

Agus menambahkan, dengan upaya tersebut, rupiah yang pada hari Jumat sempat terdepresiasi sebesar -0,70persen. Sedangkan pada hari Senin ini hanya melemah  -0,12persen.

Baca juga: Antisipasi Sentuh Angka Rp14 Ribu, BI Bakal Lakukan Intervensi Rupiah

"Lebih rendah daripada depresiasi yang terjadi pada mata uang negara-negara emerging market dan Asia lainnya, seperti Peso Filipina -0,32 persen, Rupee India -0,56 persen, Bath Thailand 0,57 persen, dan Rand Afrika Selatan yang melemah 1,06 persen," paparnya.

Agus mengatakan, gambaran serupa juga tampak dalam periode waktu yang lebih panjang. Ia menilai, dengan dukungan upaya stabilisasi oleh BI, sejak awal April tercatat rupiah melemah -0,91persen.

"Lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain, seperti Bath Thailand -1,04 persen, Rupee India -1,96 persen, Rand Afrika Selatan -3,30 persen," katanya.

Baca juga: BI Keluarkan Aturan Penguatan Operasi Moneter, Ini Klasifikasinya

Ia menyebutkan, Bank Indonesia akan terus memonitor dan mewaspadai risiko berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah. Seperti yang dipicu oleh gejolak global yaitu dampak kenaikan suku bunga AS, perang dagang AS-China, dan kenaikan harga minyak. Serta eskalasi tensi geopolitik terhadap berlanjutnya arus keluar asing dari pasar SBN (Surat Berharga Negara) dan saham Indonesia.

Maupun yang bersumber dari kenaikan permintaan valas oleh korporasi domestik, terkait kebutuhan pembayaran impor, ULN, dan dividen yang biasanya cenderung meningkat pada triwulan II.

"Untuk itu, Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai fundamentalnya," pungkasnya.

Penulis :
Widji Ananta