
Pantau.com - Di tengah wabah virus Korona (COVID-19), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan defisit anggaran bisa mencapai 5,07 persen terhadap PDB. Musababnya, hingga saat ini defisit telah mencapai 2,5 persen terhadap PDB.
Direktur Jenderal Pembendaharaan Kemenkeu, Askolani, mengatakan dengan Perppu nomor 1 tahun 2020 menjadikan basis pemerintah dalam mengatasi dampak ekonomi virus Korona. Bahkan, dengan stimulus yang ada, defisit sudah mencapai 2,5 persen.
"Kalau kita kumpulkan dengan total stimulus 1 dan 2 yang dicoba pemerintah, total dari langkah pengamanan di bidang kesehatan sosial kemanusiaan dan ekonomi untuk penangnan covid ini mencapai 2,5 persen dari PDB," ujar Askolani seperti dipantau via telekonferensi, di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Baca juga: Longgarkan Defisit, Presiden Jokowi Teken Perppu Relaksasi APBN
Namun, defisit APBN 2,5 persen tersebut tidak setinggi negara-negara yang juga mengalami dampak COVID-19. Di mana, negara yang mengalami defisit tertinggi yaitu Australia yang mencapai 10,9 persen.
"2,5 persen dari PDB di Indonesia, kalau kita liat di Australia mencapai 10,9 persen terhadap PDB, Singapura juga sama 0,9 persen, di AS juga sama (10,5 persen) bahkan dengan stimulusnya, event malaysia kanada dan lainnya," tambahnya.
Baca juga: Menkeu Pastikan Pengelolaan Defisit Anggaran Dilakukan Hati-hati
Kendati demikian, ada juga negara-negara yang defisitnya di bawah Indonesia. Hal ini tergantung akan stimulus dan budaya ekonomi fiskal masing-masing negara.
"Begitu juga dengan masing-masing langkah pengamanan ekonomi di berbagai negara," tuntasnya.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta