
Pantau - Kota Baghdad, yang dikenal sebagai pusat peradaban Islam, memiliki sejarah panjang sejak masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini, Baghdad berkembang pesat menjadi kota yang modern dan menjadi tujuan utama bagi ilmu pengetahuan, perdagangan, dan budaya.
Berdasarkan data yang dihimpun Pantau.com dari berbagai sumber, Sabtu (11/1/2025), Baghdad terletak di antara Sungai Eufrat dan Tigris, tempat lahirnya kebudayaan tertua dunia.
Menurut Alifa Aryatna dalam bukunya "125 Cerita Fakta Islam yang Unik & Menakjubkan", kota ini menjadi pusat peradaban setelah dikuasai Dinasti Abbasiyah.
Baca juga: Museum of Sex di New York, dari Tragedi Sejarah hingga Pusat Edukasi Seksual
Pada masa Dinasti Abbasiyah, terutama saat pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid, Baghdad berkembang menjadi kota yang kaya dan maju.
“Baghdad menjadi kota metropolitan yang menarik banyak orang dari berbagai penjuru dunia,” ujar Salman Rusydie Anwar dalam bukunya Harun ar-Rasyid.
Harun al-Rashid juga mengembangkan Baitul Hikmah, yang awalnya hanya perpustakaan, menjadi perguruan tinggi dan pusat riset.
Ilmuwan dari berbagai belahan dunia didatangkan untuk mengajar dan menerjemahkan karya asing ke dalam bahasa Arab, seperti yang dijelaskan dalam buku Pesona Baghdad dan Andalusia oleh Rizem Aizid.
Baca juga: Kong Meng San Phor Kark See Monastery, Tempat Bersejarah dan Spiritualitas di Singapura
Pendidikan Islam mencapai puncaknya di Baghdad pada masa itu, dengan banyak sekolah mewah dan sistem kurikulum yang maju.
Namun, kejayaan ini tidak bertahan lama. Pada 1250 Masehi, pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, menghentikan kemajuan peradaban Islam dan merusak hampir seluruh perpustakaan kota.
Tragedi ini menandai kemunduran besar bagi peradaban Islam. Banyak buku-buku berharga dibuang ke Sungai Tigris, dan dengan itu, hilanglah sebagian besar pengetahuan yang telah dikembangkan selama berabad-abad.
- Penulis :
- Sofian Faiq
- Editor :
- Sofian Faiq








