billboard mobile
HOME  ⁄  Geopolitik

Biden Khawatir Israel Rencanakan Serangan ke Rafah

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Biden Khawatir Israel Rencanakan Serangan ke Rafah
Foto: Presiden AS Joe Biden memberikan keterangan pers setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Rabu (18/10/2023). (ANTARA/Shofi Ayudiana)

Pantau - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden khawatir atas rencana serangan Israel ke Rafah. Kecemasan itu ia sampaikan saat berbicara dengan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu.

"Presiden (Biden) menegaskan kembali kekhawatiran yang mendalam mengenai rencana Israel melakukan operasi darat besar-besaran di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga sipil mengungsi untuk berlindung dari pertempuran di utara (Gaza)," kata Gedung Putih, Senin (18/3/2024) waktu setempat.

Dalam pembicaraan yang dilakukan untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan guna membahas krisis kemanusiaan di Gaza, Biden bertukar pandangan dengan Netanyahu mengenai negosiasi pertukaran sandera yang sedang berlangsung di Qatar.

Biden menekankan perlunya meningkatkan aliran bantuan penyelamatan nyawa agar bisa menjangkau warga yang membutuhkan di seluruh Gaza, terutama di wilayah utara.

“Presiden menegaskan perlunya mengalahkan Hamas di Gaza sekaligus melindungi penduduk sipil dan memfasilitasi pengiriman bantuan yang aman dan tanpa hambatan di seluruh Gaza,” lanjut keterangan Gedung Putih.

Biden dan Netanyahu sepakat agar tim mereka segera bertemu di Washington untuk bertukar pandangan dan mendiskusikan pendekatan alternatif untuk menargetkan elemen-elemen utama Hamas dan mengamankan perbatasan Mesir-Gaza, tanpa perlu melancarkan operasi darat besar-besaran di Rafah.

Secara terpisah di akun media sosial X, Biden mengatakan bahwa dia menegaskan kembali perlunya gencatan senjata segera sebagai bagian dari kesepakatan untuk membebaskan sandera, yang berlangsung selama beberapa minggu.

Sebelumnya, Israel mengumumkan rencana untuk melakukan operasi besar-besaran di Rafah setelah evakuasi warga Palestina ke wilayah barat kota tersebut. Netanyahu menyetujui rencana operasi militer itu pada 15 Maret 2024.

Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan hampir 1.200 orang.

Lebih dari 31.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di wilayah kantong tersebut, dan lebih dari 73.700 orang lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kurangnya bahan-bahan kebutuhan pokok.

Perang Israel menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong Palestina itu telah rusak atau hancur, menurut data PBB.

Penulis: Kaorie Zeto Hapki
Editor: Khalied Malvino

Sumber: Anadolu

Penulis :
Khalied Malvino