billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Sekjen PBB Kecam Tewasnya Warga Gaza Saat Antre Bantuan, Desak Investigasi dan Akses Kemanusiaan Tanpa Hambatan

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Sekjen PBB Kecam Tewasnya Warga Gaza Saat Antre Bantuan, Desak Investigasi dan Akses Kemanusiaan Tanpa Hambatan
Foto: Sekjen PBB Kecam Tewasnya Warga Gaza Saat Antre Bantuan, Desak Investigasi dan Akses Kemanusiaan Tanpa Hambatan(Sumber: ANTARA/Anadolu/py)

Pantau - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam insiden tewas dan terlukanya warga sipil di Gaza saat berusaha mendapatkan bantuan makanan dari lokasi distribusi yang dimiliterisasi dan tidak dikelola oleh PBB.

Guterres Desak Investigasi Independen dan Penuhi Hak Dasar Sipil Gaza

"Sekjen mengecam insiden tewas dan terlukanya warga sipil di Gaza yang lagi-lagi ditembaki saat berusaha mendapatkan makanan", ungkap pernyataan resmi dari kantor PBB, Selasa, 17 Juni 2025.

"Insiden tersebut tidak dapat diterima", tegas Guterres.

Ia menyerukan penyelidikan segera dan independen atas seluruh laporan insiden serta menekankan pentingnya akuntabilitas.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat bahwa sejak program bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung Israel dan Amerika Serikat dimulai pada akhir Mei, lebih dari 338 orang tewas dan lebih dari 2.800 lainnya terluka saat mencoba mengakses bantuan.

Sekjen PBB juga menegaskan bahwa kebutuhan dasar warga Palestina di Gaza sangat besar dan belum terpenuhi hingga saat ini.

"Israel memiliki kewajiban yang jelas berdasarkan hukum humaniter internasional untuk menyetujui dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan bagi semua warga sipil yang membutuhkan", ujarnya.

"Akses masuk tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan dalam skala besar harus segera dipulihkan. PBB dan semua pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk bekerja dengan aman dan terlindungi dalam kondisi yang sepenuhnya menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan", tambahnya.

Sekjen juga kembali menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat terhadap semua sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas sejak 7 Oktober 2023, dan menekankan pentingnya gencatan senjata permanen sesegera mungkin.

Situasi Gaza Memburuk, Akses Terbatas, Bahan Bakar Krisis

Pada 17 Juni 2025 saja, lebih dari 60 orang tewas dan lebih dari 280 terluka saat menunggu bantuan di Khan Younis.

Militer Israel mengakui telah menembaki kerumunan dan menyatakan bahwa insiden itu sedang dalam proses investigasi.

Korban luka-luka dibawa ke Kompleks Medis Nasser, yang sudah kewalahan dan kekurangan pasokan medis penting.

Sekitar 70 korban lainnya dirujuk ke rumah sakit lapangan, mayoritas ke Rumah Sakit Lapangan International Medical Corps.

Jonathan Whittall dari OCHA menyebut insiden tersebut sebagai "bagian dari pola yang mengerikan", mengingat warga sipil berkali-kali menjadi korban saat sedang mencari bantuan makanan.

OCHA menegaskan bahwa warga sipil tidak boleh menjadi sasaran, apalagi saat mereka hanya berusaha bertahan hidup.

Kondisi kemanusiaan semakin memburuk dengan persediaan bahan bakar di Gaza yang berada pada titik kritis.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa tidak ada pasokan bahan bakar yang masuk ke Gaza selama lebih dari 100 hari terakhir.

Jika tidak segera diatasi, 17 rumah sakit, tujuh rumah sakit lapangan, dan 43 pusat kesehatan primer akan berhenti beroperasi karena kehabisan bahan bakar.

"PBB dan para mitra kemanusiaan kami sekali lagi menyerukan akses kemanusiaan sesegera mungkin dan tanpa hambatan terhadap pasokan bantuan kami, pada keluarga-keluarga di Jalur Gaza, serta terhadap stok bahan bakar kami", ujar OCHA.

Pembatasan dan Operasi Militer di Tepi Barat Memperparah Krisis

OCHA juga melaporkan bahwa perintah pengungsian dari otoritas Israel semakin memperburuk situasi, terutama bagi anak-anak.

Sejumlah pusat perlindungan anak terpaksa ditutup karena perintah evakuasi, yang menyebabkan kepadatan berlebih di fasilitas yang tersisa.

Sementara itu, di Tepi Barat, pasukan Israel memperketat pembatasan pergerakan dengan lebih dari 800 pos pemeriksaan dan blokade, yang "telah secara efektif memecah Tepi Barat dan mengisolasi masyarakat dari layanan-layanan esensial dan sumber penghidupan".

Pasukan Israel juga terus melakukan penyerbuan di kamp Askar, Nablus, sejak 16 Juni, termasuk pencarian dan penangkapan dari rumah ke rumah.

Otoritas Israel memerintahkan evakuasi 15 bangunan permukiman dalam waktu 48 jam menjelang operasi militer, yang menyebabkan sedikitnya 75 orang kehilangan tempat tinggal.

Penulis :
Balian Godfrey
Editor :
Tria Dianti