
Pantau - Kementerian Luar Negeri China melontarkan kritik keras terhadap Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, yang menyampaikan ucapan selamat ulang tahun ke-90 kepada Dalai Lama ke-14, Sabtu (5/7), dan menyebutnya sebagai tokoh yang menginspirasi dunia.
China Sebut Dalai Lama Bukan Tokoh Agama Murni
Juru Bicara Kemenlu China, Mao Ning, menyatakan bahwa Dalai Lama bukanlah tokoh agama murni, melainkan seorang tokoh separatis yang terlibat dalam aktivitas anti-China dengan menggunakan kedok agama.
"Dalai Lama adalah pengasingan politik yang melakukan kegiatan separatis," ungkap Mao Ning dalam pernyataan resmi, Selasa (9/7).
Ia menambahkan bahwa urusan Xizang (Tibet) sepenuhnya merupakan urusan dalam negeri China dan tidak boleh dicampuri oleh kekuatan eksternal mana pun.
Pernyataan ini muncul setelah Marco Rubio dalam pernyataan tertulis menyebut bahwa Dalai Lama telah memberikan pesan universal tentang perdamaian, persatuan, dan kasih sayang, serta menyatakan bahwa AS akan terus mendukung hak asasi manusia dan kebebasan beragama di Tibet.
China Tegaskan Tak Ada Tempat untuk Klaim Kemerdekaan Tibet
Mao Ning menegaskan bahwa "pemerintah Tibet di pengasingan" tidak memiliki legitimasi dan tidak berhak menentukan masa depan wilayah Xizang.
Ia menyebut bahwa rakyat di Xizang menikmati kemakmuran ekonomi, stabilitas sosial, dan kebebasan beragama yang dijamin, termasuk dalam penggunaan bahasa dan pelestarian budaya.
Terkait isu reinkarnasi, Mao menolak klaim Dalai Lama ke-14 yang menyatakan bahwa hanya lembaga Gaden Phodrang Trust yang berhak menentukan penerusnya.
Pemerintah China menegaskan bahwa mereka memiliki hak atas proses penunjukan penerus Dalai Lama, berdasarkan sistem otorisasi yang diwariskan sejak era kekaisaran.
China menolak klaim "Tibet Besar" yang diajukan oleh Dalai Lama, yang mencakup Xizang, Qinghai, dan sebagian wilayah provinsi lain.
Latar Belakang Sejarah dan Ketegangan Politik
Tibet, yang secara administratif disebut Xizang, diklaim sebagai bagian dari China sejak tahun 1950 melalui apa yang disebut "pembebasan damai".
Namun, kelompok hak asasi manusia internasional dan komunitas diaspora Tibet menilai China melakukan represi di wilayah tersebut.
Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, melarikan diri dari Tibet ke India pada 1959 menyusul pemberontakan yang dipadamkan oleh pasukan China di Lhasa.
Ia kemudian mendirikan pemerintahan Tibet di pengasingan di Dharamshala dan menerima Nobel Perdamaian pada tahun 1989.
Sejak 2011, ia menyerahkan fungsi politik kepada pemimpin yang dipilih secara demokratis dan hanya mempertahankan peran sebagai pemimpin spiritual.
Sementara itu, pemerintah China telah menunjuk Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama ke-11 untuk menunjukkan wewenangnya dalam pengangkatan pemimpin spiritual Tibet.
- Penulis :
- Aditya Yohan