Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Gencatan Senjata Gagal Redam Kekerasan di Suwayda, Lebih dari 145.000 Warga Suriah Mengungsi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Gencatan Senjata Gagal Redam Kekerasan di Suwayda, Lebih dari 145.000 Warga Suriah Mengungsi
Foto: (Sumber: Asap mengepul selama bentrokan di kota Wolgha, pedesaan barat Suwayda, Suriah selatan, Jumat (18/7/2025). ANTARA/Xinhua/Stringer/aa.)

Pantau - Bentrokan sporadis, serangan drone, dan pertempuran darat masih terus berlangsung di Provinsi Suwayda, Suriah selatan, meskipun gencatan senjata telah diumumkan, memaksa lebih dari 145.000 warga sipil mengungsi dari wilayah terdampak.

Gelombang Pengungsian dan Krisis Kemanusiaan

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa kekerasan antara 20 hingga 22 Juli mencakup serangan mortir dan aktivitas pengintaian udara yang menyebabkan banyak warga sipil terluka.

Sebagian besar pengungsi tetap bertahan di Provinsi Suwayda, sementara lainnya melarikan diri ke wilayah Daraa dan Damaskus Pinggiran.

Layanan dasar seperti listrik, air bersih, bahan bakar, dan jaringan telekomunikasi dilaporkan terganggu secara luas di wilayah Suwayda.

Ketahanan pangan pun memburuk akibat gangguan pasar lokal dan penutupan toko roti yang menyuplai kebutuhan pangan harian masyarakat.

Respons Kemanusiaan dan Kendala Akses

Organisasi kemanusiaan mulai merespons krisis dengan menyediakan layanan kesehatan, perlindungan, makanan, air bersih, dan barang nonmakanan.

Namun, upaya tersebut masih menghadapi hambatan akses ke wilayah-wilayah konflik.

Dua pengiriman bantuan dari Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC) telah berhasil mencapai sebagian wilayah distrik Suwayda dan Salkhad.

Bantuan yang dikirim mencakup makanan, bahan bakar, dan pasokan medis darurat.

PBB memperingatkan bahwa arus pengungsi masih terus berlangsung dan berpotensi meningkat.

Kondisi tempat penampungan yang terlalu padat, fasilitas sanitasi yang tidak memadai, serta bahaya kontaminasi dari bahan peledak di sekitar lokasi pengungsian memperparah risiko perlindungan terhadap populasi yang sudah rentan.

Penulis :
Ahmad Yusuf