
Pantau - Wakil Perdana Menteri Kamboja, Sun Chanthol, menyatakan bahwa pemerintah Kamboja berencana mengusulkan Donald Trump untuk menerima Nobel Perdamaian atas kontribusinya dalam meredakan konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand.
Trump Dinilai Berperan Penting dalam Dorong Gencatan Senjata
Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, Sun Chanthol menyatakan bahwa Trump layak mendapat penghargaan tersebut, tidak hanya karena perannya dalam konflik Kamboja–Thailand, tetapi juga atas kontribusinya di wilayah lain.
"Dia (Trump) harus mendapat hadiah Nobel, tak hanya atas kontribusinya terhadap Kamboja tapi juga di tempat lain," ungkap Sun.
Ia menegaskan bahwa tanpa dorongan dari mantan Presiden AS tersebut, kesepakatan damai antara Kamboja dan Thailand tidak akan tercapai.
Sun juga menyampaikan bahwa pemerintah Kamboja akan segera menghubungi Komite Nobel di Norwegia untuk menyampaikan usulan resmi tersebut.
Konflik Bersenjata hingga Mediasi Diplomatik Regional
Ketegangan di perbatasan Kamboja dan Thailand meningkat pada 24 Juli hingga pecah menjadi pertempuran bersenjata.
Militer Kamboja dilaporkan meluncurkan roket ke wilayah Thailand yang mengenai sasaran sipil, sementara Thailand membalas dengan serangan udara ke posisi militer Kamboja.
Bentrok tersebut menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak, termasuk warga sipil.
Pada 27 Juli, Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan melanjutkan negosiasi dagang dengan negara-negara yang tengah mengalami konflik, dan mendorong Kamboja serta Thailand untuk segera melakukan perundingan damai.
Pertemuan antara Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai kemudian digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan mediasi dari Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan gencatan senjata antara kedua negara, yang dinilai sebagai langkah krusial meredakan ketegangan dan mencegah eskalasi lebih lanjut.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf