
Pantau - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 11 Agustus 2025 menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalankan jaringan pembantaian dan memperpanjang masa jabatan politik dengan mengorbankan korban jiwa di kawasan tersebut.
Kecaman terhadap Israel dan Seruan Hentikan Kekerasan
"Kami tidak akan membiarkan Netanyahu dan jaringan pembantaiannya menyeret kawasan kami ke dalam bencana yang lebih besar hanya untuk memperpanjang masa jabatan politik mereka," kata Erdogan.
Ia menilai Israel sebagai negara ancaman dan mengecam kekerasan, kebiadaban, pembantaian, penyiksaan, serta penindasan terhadap rakyat Palestina.
Erdogan menegaskan Turki berupaya menghentikan kekerasan di Gaza serta memastikan distribusi bantuan kemanusiaan berjalan lancar bagi warga sipil yang kekurangan pasokan.
"Kami melakukan segala upaya yang diperlukan untuk menghentikan kekejaman di Gaza dan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan tanpa hambatan kepada saudara-saudari kami di Gaza yang berada di ambang kelaparan," ujarnya.
Latar Belakang Konflik
Erdogan termasuk tokoh yang paling vokal mengkritik operasi militer Israel di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel menurut data resmi Israel.
Otoritas kesehatan Palestina mencatat lebih dari 61.000 orang tewas di Gaza sejak serangan tersebut, dengan sebagian besar wilayah hancur dan layanan dasar lumpuh.
- Penulis :
- Aditya Yohan