
Pantau - Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, menyatakan bahwa saat ini tidak ada dasar positif untuk membangun interaksi dengan Amerika Serikat (AS) karena ketidakpercayaan yang mendalam akibat pengalaman negatif selama bertahun-tahun.
Dalam wawancara bersama saluran televisi daring Iran, Sahra TV, Araghchi menyampaikan bahwa Iran tidak pernah mempercayai AS dan tidak akan pernah melakukannya.
"Kami tidak memiliki kepercayaan dan tidak akan pernah memilikinya," ungkapnya, merujuk pada kegagalan AS dalam menepati komitmennya terhadap Iran dalam satu dekade terakhir.
Araghchi menjelaskan bahwa meski sebelumnya Iran bersedia untuk berinteraksi secara hati-hati, mereka tidak pernah menerima tanggapan positif dari pihak Washington.
AS Dinilai Langgar Komitmen dan Ganggu Proses Diplomasi
Araghchi menekankan bahwa Iran tetap membuka diri terhadap jalur diplomasi, namun dengan syarat bahwa AS harus meninggalkan pendekatan dominan dan bersedia melakukan perundingan secara serius serta setara.
Diplomasi yang diharapkan Iran harus dilandasi dengan ketulusan, prinsip saling menghormati, dan mempertimbangkan kepentingan bersama.
Iran sebelumnya telah menandatangani Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada Juli 2015 bersama Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS, dengan komitmen membatasi program nuklir sebagai imbalan pencabutan sanksi.
Namun, pada Mei 2018, AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan tersebut dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran.
Kemudian, pada Agustus di tahun yang sama, tiga negara Eropa—Prancis, Inggris, dan Jerman—mengaktifkan mekanisme snapback yang membuat Dewan Keamanan PBB kembali menjatuhkan sanksi karena gagal memperpanjang masa penangguhan sanksi pada September.
Upaya lanjutan berupa putaran keenam pembicaraan nuklir antara Iran dan AS sempat direncanakan.
Namun, pembicaraan tersebut terganggu oleh serangan mendadak yang diluncurkan Israel ke sejumlah wilayah Iran.
Pada 22 Juni, militer AS juga turut ambil bagian dengan mengebom fasilitas nuklir Iran yang terletak di Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Selama beberapa bulan terakhir, AS terus mendesak Iran agar menghentikan pengayaan uranium dan membatasi program misilnya.
Iran secara tegas menolak tuntutan tersebut dan menyatakan bahwa kedua isu tersebut tidak dapat dinegosiasikan.
- Penulis :
- Leon Weldrick









