
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wali Kota terpilih New York City Zohran Mamdani bertemu untuk pertama kalinya di Gedung Putih pada Jumat waktu setempat.
Pertemuan yang Cair Setelah Bulan-Bulan Perseteruan
Pertemuan berlangsung bersahabat meski keduanya sebelumnya berseteru selama berbulan-bulan.
Keduanya mengesampingkan tuduhan seperti "komunis" dan "si lalim" yang pernah mereka lontarkan satu sama lain.
Trump dan Mamdani menyatakan komitmen untuk bekerja sama demi kebaikan masyarakat Amerika Serikat.
Trump mengatakan, "Kami akan membantunya untuk membuat mimpi semua orang menjadi nyata, yaitu untuk mewujudkan New York yang kuat dan sangat aman."
Trump juga mencabut ancamannya untuk memotong dana federal bagi New York City.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya "benar-benar terkejut" karena Mamdani ternyata sangat "rasional."
Mamdani menyebut pembicaraannya dengan Trump "sangat produktif" dan berfokus pada "kecintaan yang sama terhadap New York City dan perlunya mewujudkan keterjangkauan bagi warganya."
Trump selama ini tinggal di Mar-a-Lago, Florida, ketika tidak berada di Gedung Putih, namun New York City merupakan rumahnya selama beberapa dekade dan tempat ia membangun bisnisnya.
Mamdani lahir di Uganda pada 1991, pindah ke New York saat berusia tujuh tahun, dan telah tinggal di kota itu selama 27 tahun.
Jabat tangan dan senyuman keduanya menandai perubahan sikap yang menunjukkan potensi kerja sama dibanding permusuhan.
Fokus Keterjangkauan dan Dampak Politik
Sebelum pemilihan 4 November, Trump sempat berupaya menggagalkan kemenangan Mamdani, termasuk mendukung rivalnya Andrew Cuomo.
Pada pertemuan tersebut, Trump dan Mamdani membahas isu keterjangkauan.
Trump terkejut mengetahui bahwa perusahaan listrik Con Edison tidak melakukan hal menguntungkan bagi warga meski mendapat penghematan dari biaya energi yang lebih rendah, dan Mamdani mengamini hal tersebut.
Ketika wartawan menanyakan apakah Mamdani masih menganggap Trump sebagai fasis, Trump menjawab, "Tidak apa-apa, jawab saja iya, lebih mudah daripada menjelaskannya."
Trump mengatakan ia tidak tersinggung lagi ketika disebut sebagai "orang lalim", karena ia "telah dipanggil dengan istilah yang lebih buruk ... jadi julukan itu tak terlalu menghina."
Keterjangkauan biaya hidup menjadi isu penting bagi Trump di tengah menurunnya tingkat penerimaan publik terhadap pemerintahannya dalam beberapa bulan terakhir.
Penurunan popularitas ini turut berkontribusi pada kekalahan Partai Republik di pemilihan wali kota New York City dan sejumlah wilayah lain.
Trump dan Partai Republik akan menghadapi ujian lebih besar pada pemilihan paruh waktu Kongres AS pada November 2026.
- Penulis :
- Aditya Yohan





