Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Setengah Juta Lebih Warga Mengungsi Akibat Bentrokan Mematikan Thailand-Kamboja, Situasi Kian Memanas

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Setengah Juta Lebih Warga Mengungsi Akibat Bentrokan Mematikan Thailand-Kamboja, Situasi Kian Memanas
Foto: (Sumber: Warga sipil Kamboja meninggalkan rumah mereka di dekat perbatasan dengan Thailand untuk tempat penampungan yang aman di provinsi Siem Reap, Kamboja, Senin (8/12/2025). ANTARA/Xinhua/HO-Agence Kampucheaua Presse​​​​​​​/aa..)

Pantau - Lebih dari 500.000 orang terpaksa mengungsi akibat bentrokan bersenjata antara militer Thailand dan Kamboja yang pecah sejak awal pekan ini di wilayah perbatasan kedua negara.

Pihak berwenang Thailand dan Kamboja mengonfirmasi jumlah pengungsi tersebut pada Rabu, 10 Desember 2025, menyusul eskalasi konflik yang melibatkan persenjataan berat dan jatuhnya korban jiwa dari kedua belah pihak.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri, menyampaikan bahwa lebih dari 400.000 warga telah dievakuasi ke tempat penampungan aman di tujuh provinsi perbatasan.

"Thailand teguh mendukung perdamaian, tetapi perdamaian harus disertai dengan keselamatan dan keamanan warga negara kita," ungkapnya.

Sementara itu, pemerintah Kamboja melaporkan lebih dari 127.000 warganya mengungsi ke wilayah-wilayah aman di dalam negeri.

Bentrokan Mematikan dan Ketegangan yang Terus Meningkat

Konflik yang meletus sejak Senin, 8 Desember 2025, telah menewaskan sembilan warga sipil di Kamboja dan enam tentara Thailand.

Angkatan Udara Thailand dilaporkan menggunakan jet tempur F-16 untuk membombardir wilayah Kamboja, sementara pihak Kamboja dituduh membalas menggunakan roket dan senjata berat lainnya.

Satu tentara Thailand tambahan dilaporkan meninggal, menjadikan total korban militer Thailand menjadi enam orang.

Pemerintah Kamboja belum merilis jumlah korban militer di pihaknya, namun Kementerian Informasi Kamboja melaporkan 46 warga sipil terluka.

Bentrokan juga menyebabkan penutupan lebih dari 700 sekolah di Thailand, dengan sebagian diubah menjadi tempat penampungan darurat.

Thai PBS melaporkan bahwa pertempuran sengit terus berlangsung hingga hari keempat, dengan serangan roket, mortir, dan artileri diluncurkan oleh pasukan Kamboja.

Reaksi Diplomatik dan Upaya Internasional

Perwakilan Tetap Thailand untuk PBB, Cherdchai Chaivaivid, telah mengirim surat resmi kepada Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden Dewan Keamanan PBB, menuduh Kamboja melakukan "serangan militer yang serius dan tanpa provokasi".

Dalam surat tersebut, Thailand menyebut klaim bahwa negaranya memulai konflik sebagai "disinformasi yang disengaja untuk memutarbalikkan fakta".

Di sisi lain, Kamboja dikabarkan sedang mengumpulkan bukti untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag.

Kamboja juga menarik seluruh atletnya dari ajang SEA Games ke-33 yang diselenggarakan di Thailand karena alasan keamanan.

Perjanjian Damai Dilanggar, Dunia Internasional Prihatin

Bentrokan ini disebut-sebut melanggar kesepakatan damai yang ditandatangani pada Oktober lalu di Kuala Lumpur, yang disaksikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Pemerintah Amerika Serikat menyampaikan keprihatinannya terhadap eskalasi ini, dan Presiden Donald Trump dijadwalkan akan berbicara dengan para pemimpin kedua negara dalam waktu dekat.

Namun, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menerapkan gencatan senjata dalam waktu dekat.

"Posisi Thailand tetap pada status quo. Tidak ada gencatan senjata," tegasnya.

Sengketa Perbatasan yang Sudah Lama Membara

Sengketa wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama beberapa dekade dan kerap berujung pada bentrokan bersenjata.

Bentrokan besar terakhir terjadi pada Juli lalu dan menewaskan sedikitnya 48 orang.

Hingga kini, 18 tentara Kamboja masih ditahan oleh otoritas Thailand terkait insiden dalam lima bulan terakhir.

Perbatasan darat kedua negara juga masih ditutup sejak Juli, mengakibatkan terganggunya pergerakan lintas batas dan menurunnya aktivitas perjalanan antarnegara.

Penulis :
Aditya Yohan