
Pantau - Sutradara dan penulis Yandy Laurens memperluas semesta cerita serial web Sore: Istri dari Masa Depan ke dalam versi film layar lebar dengan pendekatan penceritaan yang lebih emosional dan mendalam, namun tetap setia pada inti narasi orisinalnya.
Film ini memperdalam tema perjuangan cinta dan pengorbanan dari tokoh Sore kepada kekasihnya, Jonathan, dengan menyisipkan nilai kerelaan demi kebahagiaan orang yang dicintai.
Karakter Sore yang dalam versi serial web diperankan oleh Tika Bravani kini dibintangi oleh Sheila Dara, sementara Dion Wiyoko tetap memerankan Jonathan di kedua versi.
Pendalaman Konflik dan Penekanan Unsur Fantasi
Sama seperti versi serial web, cerita film dibuka dengan kemunculan tiba-tiba Sore di tempat tidur Jonathan yang langsung mengaku sebagai istri dari masa depan.
Kehadiran Sore membuat Jonathan terkejut dan bingung, namun ia tetap mengikuti keseharian Jonathan demi membuktikan identitasnya sebagai perempuan dari masa depan.
Dalam film, elemen fantasi perjalanan waktu diperkuat melalui penekanan konsep lintas waktu yang lebih kompleks dan emosional.
Sore masih mengalami mimisan hingga pingsan sebagai efek dari perjalanan lintas waktu, seperti yang juga digambarkan dalam serial web.
Dikisahkan bahwa Sore dikirim ke masa lalu oleh pihak yang ia sebut sebagai "mereka", dengan misi untuk memperjuangkan cinta serta mengubah kebiasaan buruk Jonathan menuju gaya hidup sehat.
Dalam serial web, Jonathan lebih cepat menerima perubahan-perubahan yang diajarkan oleh Sore.
Namun dalam film, Yandy Laurens memperkaya konflik dengan menghadirkan dilema emosional: satu kebiasaan buruk yang tidak mampu diubah Jonathan membuat Sore memilih merelakan cintanya.
Sore pun mengungkap bahwa kehadirannya ke masa lalu merupakan upaya terakhir agar Jonathan berubah sebelum segalanya terlambat.
Kepergian Sore justru menjadi titik balik emosional bagi Jonathan yang akhirnya menyadari pentingnya kehadiran perempuan tersebut dalam hidupnya dan mulai berjuang untuk cinta yang sudah tumbuh di antara mereka.
Yandy Laurens menegaskan bahwa inti dari film ini adalah bahwa “perasaan cinta tidak akan mengenal waktu,” menjadi simpul pesan utama yang memperkuat dimensi emosional dan spiritual dari film.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti