Pantau Flash
HOME  ⁄  Hiburan

Film "Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih" Angkat Dilema Talak Tiga dalam Balutan Komedi Romantis

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Film "Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih" Angkat Dilema Talak Tiga dalam Balutan Komedi Romantis
Foto: (Sumber: Aktor film "Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih" Ibrahim Risyad, Tissa Biani, dan Kevin Ardilova saat konferensi pers di bioskop kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (17/9/2025). ANTARA/Abdu Faisal.)

Pantau - Film "Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih" karya sutradara Benni Setiawan produksi SOEX Entertainment dan Drias Production resmi tayang mulai 25 September 2025.

Film bergenre komedi-romantis ini berani mengangkat tema sensitif talak tiga, dengan judul yang menggambarkan dilema utama: melanjutkan hubungan yang terasa salah atau menyudahinya meski perih.

Cerita berpusat pada pasangan suami istri Darian (Kevin Ardilova) dan Alfa (Mikha Tambayong) yang terjebak dalam konsekuensi hukum talak tiga.

Talak Tiga Jadi Sumber Konflik

Dalam ajaran Islam, talak tiga membuat pasangan tidak bisa langsung rujuk.

Mantan istri harus menikah dengan pria lain secara sah, lalu bercerai, sebelum dapat kembali menikah dengan suami pertama, sebuah aturan yang dikenal dengan istilah nikah muhallil.

Konflik utama film ini berakar dari cinta Darian dan Alfa yang masih kuat, meski aturan talak tiga memaksa perpisahan.

Darian harus rela melihat Alfa menikah sementara dengan Zainun (Ibrahim Risyad).

Campur tangan Darian dalam pernikahan muhallil menambah kerumitan, sekaligus menegaskan betapa rumitnya sebuah perpisahan.

Penulis skenario Garin Nugroho mengemas isu berat ini menjadi cerita yang ringan dipahami tanpa kehilangan makna, dengan penekanan pada pentingnya komitmen dalam pernikahan.

Akting, Budaya, dan Musik

Mikha Tambayong tampil meyakinkan sebagai Alfa, sosok rapuh namun tegar.

Kevin Ardilova berhasil memerankan Darian, pria melankolis yang masih diliputi masa lalu.

Ibrahim Risyad sebagai Zainun memperkuat dilema cerita.

Sutradara memberi ruang improvisasi bagi aktor, sehingga interaksi terasa natural.

Kehadiran aktor senior seperti Cut Mini dan Dewi Gita memberi kedalaman tambahan, sementara Tissa Biani menghadapi tantangan bahasa Sunda untuk perannya.

Nuansa budaya lokal Jawa Barat turut ditampilkan lewat karakter orang Sunda dengan istilah seperti darehdeh, daria, nyecep, dan ngajenan, meski pelafalan belum sepenuhnya konsisten.

Dari sisi musik, film ini menonjol dengan kehadiran grup Deredia yang mengisi jalur suara lewat lagu bergaya retro vibes seperti "Malam Bergelora" dan "Fantasi Bunga".

Musik dipilih sejak awal produksi sehingga menyatu dengan narasi, menghadirkan kontras antara keindahan alam dan konflik rumah tangga.

Film juga menyajikan kalimat bijak yang relatable dengan gaya media sosial populer, lebih menekankan pada nasihat dan kepasrahan dibanding kutipan romantis ala Dilan 1990.

Salah satunya, "botol kalau sudah pecah biarpun ada perekatnya, ya pasti masih ada retak," menjadi simbol luka perpisahan yang tak bisa sepenuhnya hilang.

Refleksi di Balik Tawa

"Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih" bukan sekadar hiburan, tetapi juga ajakan untuk merenung tentang komitmen, konsekuensi dari keputusan tergesa-gesa, serta kompleksitas talak tiga.

Pesan utamanya jelas: di balik tawa ada kepedihan, dan di balik perpisahan ada pelajaran hidup penting.

Penulis :
Ahmad Yusuf