Pantau - Kejaksaan Agung (Kejagung) mendapatkan apresiasi tinggi atas keberaniannya membongkar sejumlah kasus korupsi kelas kakap.
Mulai dari kasus korupsi ekspor Crude Palm Oil (CPO), kasus PT Duta Palma Group, hingga yang terbaru kasus korupsi proyek BTS di Kementerian Kominfo.
Atas capaian tersebut, Guru Besar Universitas Al-Azhar Indonesia, Suparji Ahmad menilai, saat ini Kejagung berada di era keemasan dengan kinerjanya yang lebih baik ketimbang lembaga penegak hukum lainnya.
"Kejaksaan Agung sekarang ini suatu prestasi terbaik dibanding periode-periode sebelumnya," kata Suparji di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Ia melanjutkan, Kejagung juga menunjukkan keberanian dalam penegakan hukum untuk perkara-perkara yang melibatkan pejabat negara, seperti menteri dan para pengusaha ternama.
"Kasus-kasus yang ditangani itu tak mudah, melibatkan politisi, pengusaha. Tapi Kejaksaan Agung berhasil membongkar dan berhasil meyakinkan hakim bahwa ada pihak yang bersalah," ujar Supardi.
Di sisi lain, Suparji juga melihat Kejagung melakukan penegakan hukum secara transparan dan humanis. Contohnya, jika ada perkara yang memang bisa diterapkan restorative justice maka akan diberlakukan.
"Pendekatan humanisme ini menjadi kelebihan dari Kejaksaan Agung saat ini," paparnya.
Dalam konteks penegakan hukum, lanjutnya, Kejagung di bawah kepemimpinan Sanitiar Burhanuddin dinilai paling berani, karena menerapkan ancaman hukuman mati kepada pelaku tindak pidana korupsi.
"Jaksa Agung sekarang berani menerapkan hukuman mati dalam kasus ASABRI, ini menunjukkan kesungguhannya," tandasnya.
Mulai dari kasus korupsi ekspor Crude Palm Oil (CPO), kasus PT Duta Palma Group, hingga yang terbaru kasus korupsi proyek BTS di Kementerian Kominfo.
Atas capaian tersebut, Guru Besar Universitas Al-Azhar Indonesia, Suparji Ahmad menilai, saat ini Kejagung berada di era keemasan dengan kinerjanya yang lebih baik ketimbang lembaga penegak hukum lainnya.
"Kejaksaan Agung sekarang ini suatu prestasi terbaik dibanding periode-periode sebelumnya," kata Suparji di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Ia melanjutkan, Kejagung juga menunjukkan keberanian dalam penegakan hukum untuk perkara-perkara yang melibatkan pejabat negara, seperti menteri dan para pengusaha ternama.
"Kasus-kasus yang ditangani itu tak mudah, melibatkan politisi, pengusaha. Tapi Kejaksaan Agung berhasil membongkar dan berhasil meyakinkan hakim bahwa ada pihak yang bersalah," ujar Supardi.
Di sisi lain, Suparji juga melihat Kejagung melakukan penegakan hukum secara transparan dan humanis. Contohnya, jika ada perkara yang memang bisa diterapkan restorative justice maka akan diberlakukan.
"Pendekatan humanisme ini menjadi kelebihan dari Kejaksaan Agung saat ini," paparnya.
Dalam konteks penegakan hukum, lanjutnya, Kejagung di bawah kepemimpinan Sanitiar Burhanuddin dinilai paling berani, karena menerapkan ancaman hukuman mati kepada pelaku tindak pidana korupsi.
"Jaksa Agung sekarang berani menerapkan hukuman mati dalam kasus ASABRI, ini menunjukkan kesungguhannya," tandasnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas
