Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Sejarah Perang Saudara di Lebanon 1975-1990

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Sejarah Perang Saudara di Lebanon 1975-1990
Foto: Bendera Lebanon (pexels.com/@jokassis/)

Pantau - Perang Saudara Lebanon terjadi pada tahun 1975 hingga 1990 dan mengakibatkan kematian sekitar 130.000 hingga 250.000 penduduk tewas dan jutaan lainnya terluka atau mengungsi. Konflik ini melibatkan berbagai kelompok yang bersaing dan didukung oleh negara-negara tetangga. Beberapa faktor yang memengaruhi Perang Saudara di Lebanon ini termasuk perselisihan antar kelompok, keterlibatan Suriah, Israel, Amerika Serikat, dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), serta permasalahan sektarian dan politik di Lebanon.

Perang Saudara Lebanon diawali dengan terjadinya insiden bentrokan antara seorang warga Lebanon dan kelompok orang Palestina (PLO) di Ain ar-Rummanah, Beirut pada April 1975. Bentrokan ini menjadi pemicu perang saudara yang meluas ke seluruh wilayah Lebanon. Selain itu, Perang Saudara Lebanon juga dipengaruhi oleh faktor agama, dengan masing-masing aktor membawa identitas agama mereka dalam berperang. Lebanon memiliki komposisi politik dan budaya yang kompleks, sehingga keberagaman agama seringkali menjadi sumber masalah dan konflik di negara ini.

Dalam sebuah penelitian yang berjudul, “Prospek Penyelesaian Masalah Libanon“, pokok permasalahan antar golongan di Lebanon adalah sistem bagi kekuasaan itu. Golongan Muslim menuntut agar sistem tersebut ditinjau kembali karena merasa bahwa berkat laju pertumbuhan yang lebih tinggi mereka telah menjadi lebih banyak daripada golongan Kristen. Namun, golongan Kristen menolak dan berusaha untuk mempertahankan status quo yang mana jelas lebih menguntungkan serta memberikan kedudukan dominan dalam pemerintahan kepada golongan mereka. Pokok permasalahan lainnya yaitu terkait pembagian kembali pendapatan dan kekayaan nasional. Golongan miskin yang sebagian besar umat Muslim menuntut bagian kemakmuran yang lebih besar, tetapi golongan berada yang kebanyakan umat Kristen tentunya tidak bersedia melepaskan kepentingan-kepentingan mereka.

Konflik menjadi lebih rumit dengan kehadiran setengah juta pengungsi Palestina dan organisasi-organisasi gerilyawan PLO di wilayah Lebanon, yang mana mereka memihak golongan Muslim. Sementara itu, golongan Kristen keberatan dengan kehadiran sekian banyak pengungsi tersebut.

Baca juga: 
Sejarah Perang Saudara di Semenanjung Korea
Dampak Perang Saudara di Amerika Serikat 1861-1865 Bagi Perekonomian Amerika

Kelompok golongan Kristen juga sangat berkeberatan dengan tindakan PLO yang menggunakan wilayah Lebanon sebagai pangkalan aksinya melawan Israel yang mana memancing serangan-serangan balasan. Hal ini tidak hanya melanggar kedaulatan Lebanon tetapi serangan-serangan balasan tersebut juga menimbulkan banyak kerusakan.

Sedangkan, umat Muslim justru simpatik terhadap orang-orang Palestina dan mendukung PLO.  Hal ini juga karena mereka merasa bahwa kehadiran dan bantuan PLO, mereka menjadi lebih kuat terhadap umat Kristen. maka dari itu, gerilyawan-gerilyawan Palestina bukan saja pokok sengketa kanan-kiri melainkan juga pihak sengketa. Meningkatnya gerakan mereka merupakan sumber keresahan di Lebanon, terutama setelah Jordania menindak PLO dan mengusirnya dari wilayahnya.

Akibatnya, terjadi suatu polarisasi antara kedua golongan di Lebanon yaitu Kristen kanan di satu pihak dan golongan Muslim kiri serta PLO di lain pihak. Pada saat itu, golongan Muslim mengecam negara karena bertindak menjadi pembela kepentingan golongan Kristen kaya, sehingga golongan Muslim menuntut suatu perombakan mendalam. Kehadiran PLO membuat golongan Muslim merasa lebih kuat, sehingga karena adanya dukungan dari PLO, golongan Muslim kiri akhirnya memutuskan untuk menggunakan kekerasan guna mendapatkan tuntutan mereka. Kemudian pada bulan April 1975 mulailah perang saudara yang berlangsung sampai Oktober 1976.

Perang saudara di Lebanon menjadi berkepanjangan dengan adanya campur tangan asing di kedua pihak. Golongan Kristen menuduh Suriah, Irak, Libya dan PLO membantu golongan Muslim, sementara itu golongan Muslim menuduh Amerika Serikat dan Israel membantu golongan Kristen untuk melumpuhkan perjuangan rakyat Palestina. Disamping tuduhan-tuduhan tersebut, campur tangan Suriah adalah yang paling mempersulit penyelesaian masalah Lebanon.

Campur tangan Suriah pada Perang Saudara Lebanon telah memperburuk keadaan perang tersebut, karena Suriah terlibat dalam perang ini dengan berbagai cara, termasuk dukungan militer dan politik terhadap kelompok-kelompok Kristen Maronit yang melawan fraksi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Diketahui bahwa pada mulanya, kelompok Kristen Maronit bersekutu dengan Suriah untuk melawan PLO, namun kemudian mereka juga bersekutu dengan Israel. Suriah juga terlibat dalam mediasi dan intervensi untuk menghentikan pertempuran sementara pada tahun 1976. Selain itu, Suriah diketahui memiliki kepentingan politik dan strategis di Lebanon. Suriah ingin menjaga stabilitas dan memengaruhi kebijakan politik di Lebanon.

Setelah berlangsung selama 15 tahun, perang saudara di Lebanon ini berakhir pada tahun 1990 dengan adanya kesepakatan politik dan perdamaian antara para pihak. Namun, meskipun perang sudah berakhir, dampak dari perang masih terasa hingga saat ini, dan Lebanon masih menghadapi tantangan politik dan sosial yang kompleks.
 

Penulis :
Latisha Asharani