Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Ratusan Korban Tewas Pascabanjir Bandang di Afghanistan Utara

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Ratusan Korban Tewas Pascabanjir Bandang di Afghanistan Utara
Foto: Warga Afghanistan membersihkan rumah yang tertutup lumpur basah pascabanjir bandang di Herat pada 5 Mei 2024. (Mohsen Karimi/The Globe and Mail/Getty Images)

Pantau - Ratusan korban tewas pascabanjir bandang di Afghanistan utara, dan diprediksi bisa bertambah jumlahnya usai badai lanjutan di wilayah tersebut.

Pejabat Talibang mengungkapkan, 150 korban tewas, sementara World Food Programme (WFP) menyatakan lebih dari 300 orang meninggal dunia pascahujan deras melanda 5 distrik di Provinsi Baghlan, Jumat (10/5/2024) malam.

Sejumlah gambar yang di unggah di media sosial (medsos), menayangkan betapa derasnya banjir bandang menyapu permukiman warga hingga rumah-rumah hancur.

Afghanistan dilanda hujan sangat deras sejak sepekan terakhir. Bahkan banjir menewaskan banyak korban sejak pertengahan April 2024.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Afghanistan, Adul Mateen Qani kepada BBC mengungkapkan, sedikitnya 131 korban tewas di Baghlan, dan 20 korban tewas di Takhar.

Communication Officer WFP, Rana Deraz menuturkan kepada AFP, ada 311 korbant tewas di Baghlan. Dia juga melaporkan, 2.011 rumah hancur, dan 2.800 rumah rusak. Ditambah lagi 3 masjid dan 4 sekolah ikut terdampak banjir bandang.

banyak korban tewas berasal dari Disktri Borka di Provinsi Baghlan, yang mana lebih dari 200 orang terjebak di dalam rumah mereka. Ada pula laporan kerusakan parah di Provinsi Badakhshan, Ghor, dan Herat bagian barat.

Pejabat Baghlan, Hedayatullah Hamdard menuturkan, personel darurat, termasuk tentara sedang “mencari kemungkinan korban di bawah lumpur dan puing-puing”.

"Tenda, selimut, hingga makanan disediakan untuk beberapa keluarga yang kehilangan rumahnya. Jalan utama yang menghubungkan ibu kota Kabul ke Afghanistan utara ditutup karena banjir bulan lalu di bagian barat yang menewaskan puluhan orang, dan ribuan warga membutuhkan bantuan kemanusiaan," jelas Hamdard kepada AFP, dikutip Minggu (12/5/2024).

Banjir bandang terjadi saat hujan deras melanda Afghanistan, sehingga drainase tak bisa menampungnya. Para ahli mengatakan, musim dingin relatif kering membuat tanah lebih sulit menyerap air hujan. Luasnya lahan pertanian juga terendam banjir.

Hujan deras hingga banjir menewaskan banyak warga tiap tahunnya di Afghanistan, yang mana rumah-rumah dibangun dengan kualitas buruk desa-desa terpencil, sehingga sangat rentan dengan curah hujan deras. Para ahli mengungkap, Afghanistan merupakans salah satu negara berisiki terdampak perubahan iklim di dunia.

Afghanistan juga menjadi salah satu negara termiskin di dunia, lantaran dilandar peram sejak beberapa dekad hingga puncaknya penarikan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) dan Taliban berhasil merebut kendali pemerintahan pada 2021.

Banyak faktor yang mengakibatkan banjir bandang tersebut, namun pemanasan atmosfer karena perubahan iklim menimbulkan curah hujan ekstrem lebih mungkin terjadi.

Sementara itu, suhu dunia juga meningkat sekitar 1,1 derajat Celcius sejak era industri dimulai. Suhu dunia ini diprediksi terus meningkat, kecuali sejumlah negara serius untuk mengurangi emisi secara drastis.

Penulis :
Khalied Malvino
Editor :
Khalied Malvino