
Pantau - Amerika Serikat (AS) mengumumkan pihaknya telah meningkatkan posisi militernya di Timur Tengah demi memperkuat dukungan udara dan kesiapan pasukan menyusul eskalasi konflik di wilayah tersebut.
"Kami akan lebih memperkuat kemampuan dukungan pertahanan udara kami dalam beberapa hari ke depan," tutur juru bicara Pentagon, Mayjen Patrick Ryder dalam sebuah pernyataan, dikutip Selasa (1/10/2024).
Pentagon juga telah meningkatkan kesiapan pasukan tambahan untuk pengerahan cepat jika diperlukan.
“AS bertekad mencegah Iran dan mitra serta proksi yang didukung Iran dari memanfaatkan situasi ini atau memperluas konflik,” tambah Ryder seraya menekankan setiap serangan terhadap personel atau kepentingan AS oleh Iran maupun proksinya akan dihadapi dengan “setiap langkah yang diperlukan.”
Pengumuman itu disampaikan bersamaan dengan penempatan jet tempur tambahan, termasuk F-22, F-15E, F-16, dan A-10, sebagai bagian dari upaya AS untuk memperkuat pertahanan udaranya.
Sejak 23 September 2024, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran paling intensif ke Lebanon dalam hampir setahun terakhir, setelah bentrokan yang diperbarui dengan Hizbullah.
Serangan itu menewaskan 916 jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak, hingga melukai 2.709 lainnya, menurut data pemerintah Lebanon.
Kecemasan perang regional yang lebih luas terus meningkat menyusul pembunuhan sejumlah pemimpin Hizbullah oleh Israel, terutama Sekretaris Jenderal Hassan Nasrallah.
Dilaporkan, Nasrallah tewas dalam serangan udara pada Jumat (27/9/2024), di mana Israel dilaporkan menjatuhkan 85 ton bom di lingkungan Haret Hreik di Beirut, basis Hizbullah.
Hizbullah dan Israel terlibat perang lintas batas sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza. Akibatnya,hampir 41.600 orang tewas menyusul serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023.
Masyarakat internasional pun mewanti-wanti serangan Israel di Lebanon bisa memicu eskalasi konflik Jalur Gaza menjadi perang regional yang lebih luas. (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino