
Pantau - Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mendorong warga Moldova untuk memberikan suara dalam referendum pada 20 Oktober 2024, yang akan menentukan keanggotaan negara tersebut di Uni Eropa.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam kunjungannya ke Chisinau, di mana Uni Eropa menjanjikan paket bantuan ekonomi senilai 1,8 miliar euro.
Moldova, bekas Republik Soviet dengan populasi sekitar 2,5 juta jiwa yang terletak antara Rumania dan Ukraina, mengadakan referendum untuk mengukuhkan keanggotaan Uni Eropa sebagai “tujuan strategis” dalam konstitusinya.
Referendum ini berlangsung bersamaan dengan pemilihan presiden, di mana presiden pro-Barat, Maia Sandu, sedang berupaya untuk meraih masa jabatan kedua selama empat tahun.
BACA JUGA: Ursula von der Leyen Kembali Terpilih jadi Presiden Komisi Eropa
Situasi ini juga diwarnai dengan isu dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan umum, yang dibantah oleh Moskow.
“Ada tonggak sejarah besar di depan untuk rakyat Moldova. Saya mendorong warga Moldova untuk menggunakan hak pilih mereka dan mengekspresikan pilihan bebas mereka,” ujar von der Leyen kepada wartawan, merujuk pada referendum yang akan datang.
“Ini adalah hak Anda, rakyat Moldova, untuk memutuskan. Ini adalah pilihan berdaulat Anda tentang masa depan negara Anda, dan tidak ada yang boleh ikut campur,” tambahnya, sembari meyakini bahwa Moldova akan bergabung dengan blok 27 negara Uni Eropa.
Dalam kesempatan yang sama, Maia Sandu menyatakan bahwa kunjungan von der Leyen sangat penting bagi Moldova.
BACA JUGA: Presiden Komisi Eropa Janji Kurangi Emisi Berbahaya 90 Persen jika Terpilih Lagi
“Misi kami adalah membangun Eropa di rumah sendiri,” tegas Sandu.
Paket Bantuan 1,8 Miliar Euro
Moldova menerima janji paket bantuan keuangan sebesar 1,8 miliar euro dari Uni Eropa dalam upaya untuk menggandakan ukuran ekonomi negara tersebut dalam satu dekade ke depan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Cristina Gherasimov, Wakil Perdana Menteri untuk Integrasi Eropa, yang menegaskan bahwa dukungan ini akan difokuskan pada reformasi, investasi infrastruktur, perkeretaapian, dan peningkatan efisiensi energi.
“Rencana ini bertujuan untuk memperkuat pembangunan Moldova dan membantu negara kami mencapai tujuan strategis,” kata Gherasimov.
Ditekankannya, 65 persen dari total ekspor Moldova ditujukan untuk pasar Uni Eropa, menunjukkan arah jelas dalam kebijakan ekonomi negara.
BACA JUGA: Kenalkan Ursula der Leyen, Wanita Pertama yang Jabat Presiden Komisi Eropa
Presiden Moldova, Maia Sandu, yang dengan tegas mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, telah menjadi pendorong utama bagi negara tersebut untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Sandu menargetkan agar Moldova bisa menjadi anggota penuh Uni Eropa pada tahun 2030 dan telah memulai negosiasi aksesi formal sejak bulan Juni lalu.
Survei terbaru menunjukkan Sandu memiliki posisi nyaman di depan 10 pesaingnya dalam pemilihan presiden, dengan mayoritas warga Moldova mendukung rencana bergabung dengan Uni Eropa.
Namun, hubungan Moldova dengan Rusia semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah pro-Barat di Chisinau menuduh Moskow berusaha menggulingkan mereka dan mencampuri urusan dalam negeri.
Di sisi lain, Rusia menuduh Sandu dan timnya mendorong “Russophobia” di kalangan masyarakat Moldova. (REUTERS)
- Penulis :
- Khalied Malvino