Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Ursula von der Leyen Desak Gencatan Senjata di Lebanon

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Ursula von der Leyen Desak Gencatan Senjata di Lebanon
Foto: Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memasuki ruang pleno Parlemen Eropa, memimpin pembahasan penting mengenai stabilitas regional. (Getty Images)

Pantau - Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, pada Jumat (11/10/2024) menekankan pentingnya gencatan senjata di Lebanon selatan dan penghormatan terhadap Resolusi 1701 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Resolusi ini dibuat untuk mengakhiri Perang Lebanon 2006 antara Israel dan gerakan Hizbullah.

Dalam konferensi pers bersama Presiden Siprus Nikos Christodoulides di Paphos, von der Leyen mengungkapkan keprihatinan atas "serangan rudal balistik besar-besaran Iran" terhadap Israel, yang ia sebut sebagai eskalasi serius dan ancaman terhadap stabilitas regional.

“Saya ingin kembali menegaskan seruan kami untuk menghentikan permusuhan (di Lebanon) sesegera mungkin, guna menciptakan ruang bagi solusi diplomatik di sepanjang Garis Biru, dan ini harus sesuai dengan Resolusi 1701 PBB,” jelasnya.

BACA JUGA: Uni Eropa Desak Gencatan Senjata di Lebanon

Resolusi 1701 mengharuskan Israel dan Hizbullah untuk sepenuhnya menghormati Garis Biru, yang merupakan garis demarkasi sementara sepanjang 75 mil di perbatasan selatan Lebanon dan perbatasan utara Israel. Setiap pelanggaran terhadap garis tersebut oleh salah satu pihak merupakan pelanggaran terhadap Resolusi 1701.

Sejak 1 Oktober 2024, Israel melancarkan operasi darat terhadap Hizbullah di Lebanon selatan, disertai pengeboman udara yang terus-menerus. Akibatnya, lebih dari 1.000 orang, termasuk pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah tewas, dan lebih dari 90.000 orang terpaksa mengungsi.

Meski mengalami kerugian, Hizbullah tetap melanjutkan pertempuran melawan pasukan Israel di darat dan terus meluncurkan roket ke arah perbatasan. Israel mengklaim, tujuan utamanya adalah menciptakan kondisi yang aman bagi kembalinya 60.000 penduduk yang melarikan diri akibat serangan di wilayah utara. (Sputnik/OANA)

Penulis :
Khalied Malvino