
Pantau - Jepang dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan militer bersama selama 10 hari pada Rabu (23/10/2024), melibatkan puluhan ribu personel, sepekan setelah China menggelar latihan skala besar di sekitar Taiwan.
Latihan bertajuk "Keen Sword" ini akan melibatkan 45.000 tentara Jepang dan AS, 40 kapal, serta 370 pesawat, ditambah sejumlah angkatan dari Australia dan Kanada, menurut pernyataan Staf Gabungan Jepang.
Latihan yang dilakukan setiap dua tahun ini akan berlangsung di berbagai lokasi di Jepang, termasuk di pangkalan militer kedua negara hingga 1 November.
"Kami memiliki rasa urgensi yang kuat bahwa kami tidak dapat menyingkirkan kemungkinan situasi serius serupa Ukraina terjadi di wilayah dekat negara kami," ujar Kepala Angkatan Bersenjata Jepang, Jenderal Yoshihide Yoshida, seraya menambahkan aliansi AS-Jepang sangat penting untuk stabilitas regional.
Baca juga: China Tegaskan Takkan Lepas Opsi Militer terhadap Taiwan
Komandan Armada Pasifik AS, Laksamana Steve Koehler, menekankan latihan ini akan memastikan kedua negara mempertahankan keunggulan mereka terhadap sejumlah pihak yang berusaha merongrong tatanan internasional berbasis aturan.
Sebagai bagian dari latihan, pesawat tilt-rotor Ospreys akan terbang ke Yonaguni, pulau Jepang yang paling dekat dengan Taiwan, untuk pertama kalinya, dalam latihan “evakuasi.”
Menurut juru bicara Angkatan Pertahanan Swadaya Jepang (SDF), latihan ini bertujuan untuk mengasah keterampilan evakuasi warga sipil dan turis “dalam situasi bencana alam.”
Perdana Menteri (PM) Jepang, Shigeru Ishiba, juga mengingatkan tentang bahaya keamanan di Asia dengan merujuk pada invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: China Minta AS Setop Dukungan untuk Kemerdekaan Taiwan
"Banyak yang khawatir bahwa Ukraina saat ini bisa menjadi Asia Timur di masa depan. Mengapa pencegahan tidak berhasil di Ukraina?" ungkap Ishiba di depan parlemen setelah terpilih.
Menghadapi pemilihan mendesak yang sulit pada Minggu (20/10/2024), Ishiba mendukung pembentukan aliansi militer regional mirip dengan blok NATO, meskipun ia memperingatkan hal ini “tidak akan terjadi dalam semalam.”
Sebelumnya pada Rabu (18/10/2024), Kementerian Pertahanan (Kemhan) Taiwan menyatakan sekelompok kapal induk China melintas melalui Selat Taiwan, sehari setelah Beijing menggelar latihan tembak langsung di dekat pulau tersebut.
Latihan militer skala besar yang dilakukan China di sekitar Taiwan pekan lalu telah dikutuk Taipei dan sekutunya, Washington, termasuk tindakan blokade pulau tersebut, yang tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendali Beijing. (AFP/Al Arabiya)
- Penulis :
- Khalied Malvino