Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Angka Pernikahan di China Turun 8 Persen pada Awal 2025, Pemerintah Berlakukan Insentif

Oleh Gian Barani
SHARE   :

Angka Pernikahan di China Turun 8 Persen pada Awal 2025, Pemerintah Berlakukan Insentif
Foto: China kembali mencatat penurunan angka pernikahan di awal 2025, memperkuat tren demografis baru di tengah perubahan sosial dan ekonomi.(Sumber: ANTARA/Xinhua/Ding Hongfa)

Pantau - China mencatat 1,81 juta pendaftaran pernikahan pada kuartal pertama 2025, menurun 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

Setelah mengalami kenaikan sementara pada 2023, angka pernikahan kembali turun pada 2024 ke level terendah sejak 1980.

Penurunan ini dikaitkan dengan berbagai faktor seperti menyusutnya populasi usia layak menikah, perubahan persepsi tentang pernikahan, serta masalah keuangan terkait biaya menikah.

Jiang Quanbao menjelaskan, "Pada 1980-an, lebih dari 20 juta orang lahir setiap tahun di China, tetapi sejak 2000 hanya sedikit di atas 10 juta."

Lin Ting menambahkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan meningkatnya individualisme memperlemah pandangan tradisional tentang pernikahan.

Sementara itu, Tan Kejian mengungkapkan, "Kini, mahasiswa program master berusia 25-26 tahun saat lulus, dan lulusan PhD mendekati 30 tahun atau lebih," menyebabkan pernikahan semakin tertunda.

Li menyatakan, "Kini banyak orang tidak mempertimbangkan pernikahan sampai mereka berencana memiliki anak."

Tren Kehidupan Melajang dan Upaya Pemerintah Mengatasinya

Banyak anak muda di China kini memilih untuk tetap melajang secara sadar, seperti terlihat dalam komentar di Weibo, "Jika saya menikah, tidak mungkin saya akan menikmati kebebasan seperti yang saya miliki sekarang."

Sosiolog Li Yinhe menilai peningkatan jumlah orang lajang berkaitan erat dengan urbanisasi, modernisasi, serta kemampuan perempuan untuk mandiri secara ekonomi.

Penurunan angka pernikahan ini turut memicu kekhawatiran karena berkontribusi pada penurunan angka kelahiran di China.

Untuk mengatasi tren ini, pemerintah China memperkenalkan berbagai insentif:

Mempermudah proses administrasi pendaftaran pernikahan mulai 10 Mei.

Memberikan bonus hingga 40.000 yuan untuk pasangan baru menikah di Guangzhou.

Kota Lyuliang menawarkan insentif 1.500 yuan untuk wanita yang menikah sebelum usia 35 tahun.

Provinsi Zhejiang memperpanjang cuti pernikahan dari 3 menjadi 13 hari.

Selain itu, berkembang pula "ekonomi lajang" yang menyediakan layanan seperti restoran dengan porsi satu orang, apartemen untuk satu orang, peralatan rumah tangga mini, hingga layanan perjalanan dan pemotretan pernikahan untuk individu.

Li Ting menilai bahwa tren meningkatnya pilihan hidup melajang seumur hidup, seperti yang terjadi di Korea Selatan dan Jepang, kemungkinan besar juga akan mencerminkan masa depan di China.

Penulis :
Gian Barani

Terpopuler