
Pantau - Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan imbauan agar warganya menahan diri berkunjung ke Jepang setelah serangkaian gempa bumi mengguncang negara tersebut dan memicu kondisi darurat di sejumlah wilayah.
Alasan Imbauan dan Situasi Pascagempa
“Otoritas Jepang menyebut kemungkinan terjadinya gempa lebih besar. Dengan tanggung jawab atas keselamatan warga, pemerintah China segera mengeluarkan peringatan konsuler”, ungkapnya.
Imbauan yang disampaikan melalui kanal resmi WeChat itu menjelaskan bahwa sejak Senin (8/12), beberapa gempa termasuk magnitudo 7,5 telah terjadi di Jepang, melukai 50 orang, memicu tsunami, dan memaksa lebih dari 100.000 orang mengungsi.
Kemlu China meminta warga yang telah berada di Jepang untuk memantau peringatan gempa, mematuhi perintah evakuasi, mengambil langkah pencegahan, dan menghindari wilayah berisiko tinggi seperti kawasan pesisir.
“Melindungi keselamatan warga China di luar negeri adalah tugas diplomatik kami, terlebih setelah rentetan gempa yang menyebabkan korban luka, tsunami yang terus dipantau, dan perintah evakuasi bagi lebih dari 100.000 orang”, ia mengungkapkan.
Imbauan tidak bepergian ke Jepang bukan yang pertama, sebab pada 14 November 2025 China juga mengeluarkan peringatan serupa akibat situasi keamanan yang memburuk terkait ketegangan soal Taiwan.
Ketegangan Politik dan Respons Jepang
Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Sato Kei, mengatakan pada Kamis (11/12) bahwa pemerintah Jepang telah berupaya memberikan informasi akurat dan cepat mengenai kesiapsiagaan bencana.
Hubungan Tokyo–Beijing memanas sejak 7 November 2025 setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi memperingatkan bahwa serangan militer China ke Taiwan dapat mengancam keamanan nasional Jepang.
China kemudian membalas dengan menangguhkan impor produk laut Jepang, membatalkan pertemuan pejabat tinggi, mengimbau warganya tidak bepergian atau belajar di Jepang, menghentikan rilis film Jepang, dan memperingatkan akan membalas jika Tokyo terlibat secara militer.
Ketegangan meningkat setelah dua jet tempur J-15 China dua kali mengunci radar ke pesawat F-15 Jepang di laut lepas tenggara Okinawa pada Sabtu (6/12), yang memicu protes resmi dari Tokyo.
China dan Rusia juga memulai latihan militer bersama ketika jet tempur kedua negara terbang di atas Jepang dan Korea Selatan pada Rabu (10/12).
“Patroli udara strategis China–Rusia dilakukan sesuai rencana tahunan dan menunjukkan kemampuan kedua negara menjaga stabilitas kawasan. Tidak perlu Jepang bereaksi secara berlebihan”, ungkapnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan








