
Pantau - Keunggulan Amerika Serikat di bidang antariksa dilaporkan semakin menyusut akibat kemajuan pesat yang dicapai China dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini disampaikan oleh John Bentivegna, penasihat senior Angkatan Antariksa AS, dalam wawancara dengan Asosiasi Angkatan Udara dan Antariksa.
John menyebut bahwa meskipun AS masih unggul, keunggulan tersebut kini menyusut dengan sangat cepat.
Sejak tahun 2015, China tercatat telah menambah jumlah aset orbitnya lebih dari 600 persen.
Dari lebih dari 1.000 satelit milik China, lebih dari separuhnya diklaim memiliki kemampuan pengumpulan data intelijen penginderaan.
China juga tengah mengembangkan senjata orbital terarah dan metode perang elektronik di luar angkasa.
Negara itu disebut telah lebih awal mengidentifikasi ruang angkasa sebagai domain peperangan dibanding AS, yang baru membentuk Angkatan Antariksa pada 2019.
Ancaman dan Perlombaan Senjata Antariksa Kian Nyata
Konsep "superioritas antariksa sebagai layanan" memengaruhi strategi AS dalam pengembangan teknologi, pelatihan personel, dan alokasi investasi.
Jenderal Stephen Whiting dari USSPACECOM menegaskan bahwa ancaman serangan dari dan melalui ruang angkasa kini semakin nyata.
Pada awal April, Whiting menyatakan bahwa Amerika Serikat perlu menempatkan senjata di antariksa untuk mencegah konflik.
Langkah ini dinilai penting untuk memenangkan persaingan kekuatan luar angkasa ke depan.
Jenderal Chance Saltzman juga menyatakan bahwa keterlibatan aset ruang angkasa akan menjadi hal yang tak terhindarkan dalam konflik militer di masa depan.
Pembentukan Angkatan Antariksa AS pada 2019 dipicu oleh meningkatnya ancaman dari Rusia dan China.
Pada Oktober 2024, AS dilaporkan akan mengirim senjata pengacak sinyal satelit milik Rusia dan China pada tahun 2025.
Sementara itu, baik Rusia maupun China menegaskan penolakan terhadap militerisasi dan perlombaan senjata di luar angkasa, dan menyatakan dukungan terhadap eksplorasi damai.
- Penulis :
- Gian Barani
- Editor :
- Gian Barani