Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Utusan China di PBB: Amerika Serikat yang Memulai Krisis Nuklir Iran dan Ganggu Proses Diplomatik

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Utusan China di PBB: Amerika Serikat yang Memulai Krisis Nuklir Iran dan Ganggu Proses Diplomatik
Foto: Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) Rafael Grossi (di layar) berbicara melalui tautan video selama pertemuan Dewan Keamanan PBB di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat (sumber: Xinhua/HO-UN Photo/Loey Felipe)

Pantau - Utusan tetap China untuk PBB, Fu Cong, menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah pihak yang memulai krisis nuklir Iran dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada 24 Juni.

Dalam pernyataannya, Fu Cong menyoroti bahwa beberapa negara anggota Dewan Keamanan hanya menuduh Iran melanggar kewajiban non-proliferasi nuklir sebagai dasar untuk membenarkan aksi militer oleh Israel dan AS.

"Di sini, China ingin mengingatkan negara-negara tersebut tentang fakta-fakta dasar berikut ini, yaitu bahwa AS-lah yang memulai krisis nuklir Iran", ungkapnya.

Fu menjelaskan bahwa Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2018.

Setelah keluar dari perjanjian tersebut, AS memperberat sanksi sepihak terhadap Iran dan menerapkan kebijakan tekanan maksimum.

Langkah-langkah ini menghalangi Iran untuk menikmati manfaat ekonomi dari kesepakatan dan mendorong Iran mengurangi komitmennya terhadap perjanjian itu.

"Lagi-lagi AS, dengan mengorbankan kredibilitasnya sendiri meluncurkan serangan militer ke sejumlah fasilitas nuklir Iran, merusak proses negosiasi yang dimulainya sendiri, mendorong isu nuklir Iran kembali ke jalan buntu, dan menyebabkan situasi regional mengalami eskalasi mendadak", ujarnya.

Komitmen Iran dan Peran IAEA

Fu juga menekankan bahwa niat tulus Iran dalam menyelesaikan krisis nuklir seharusnya mendapat apresiasi dari komunitas internasional.

Iran, menurutnya, hingga kini masih memenuhi kewajiban non-proliferasi dan menjalankan perjanjian pengamanan komprehensif.

Iran juga telah menegaskan secara berulang kali bahwa mereka tidak berniat mengembangkan senjata nuklir.

Negara tersebut telah mengadakan beberapa putaran negosiasi yang profesional dan konstruktif dengan Amerika Serikat serta tetap berpegang pada jalur diplomatik.

Fu menyoroti bahwa beberapa negara memilih mengutip laporan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) secara sepihak tanpa memperhatikan kerja sama positif Iran dengan badan tersebut.

Negara-negara tersebut bahkan mendorong Dewan Gubernur IAEA untuk mengadopsi resolusi tanpa konsultasi memadai, langkah yang menurutnya merusak atmosfer dialog.

"Negara-negara tersebut seharusnya merenungkan secara serius konsekuensi buruk dari tindakan tidak bertanggung jawab yang mereka lakukan", tegasnya.

Kecaman terhadap Serangan dan Ancaman terhadap Rezim Non-Proliferasi

China juga mengecam keras serangan Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran atas dasar "kemungkinan ancaman di masa mendatang".

Tindakan tersebut dinilai melanggar hukum internasional dan kedaulatan Iran.

"Penyerangan terhadap fasilitas nuklir Iran yang berada di bawah perlindungan IAEA merupakan preseden buruk, yang mengancam rezim non-proliferasi internasional", ungkapnya.

Ia menyatakan bahwa tindakan-tindakan semacam ini telah merusak upaya diplomatik dalam menyelesaikan isu nuklir Iran.

Selain itu, langkah tersebut juga menciptakan ketidakpastian besar terhadap pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan 2231.

Penulis :
Leon Weldrick
Editor :
Ricky Setiawan