
Pantau - Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump memberlakukan sanksi baru terhadap Iran pada Kamis, 3 Juli 2025, untuk menekan perdagangan minyak sebagai bagian dari kebijakan tekanan maksimum terhadap Teheran.
Target: IRGC, Hizbullah, dan Penyelundupan Minyak
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa sanksi kali ini menyasar jaringan yang diduga terlibat dalam pengangkutan dan pembelian minyak Iran senilai miliaran dolar.
Beberapa jaringan tersebut disebut memberikan keuntungan langsung bagi Korps Garda Revolusi Islam – Pasukan Quds (IRGC-QF) dan lembaga keuangan yang dikendalikan Hizbullah.
"Sementara (Iran) memiliki setiap kesempatan untuk memilih perdamaian, para pemimpinnya telah memilih ekstremisme," ungkapnya.
Ia menambahkan, "Kementerian Keuangan akan terus menargetkan sumber pendapatan Teheran dan mengintensifkan tekanan ekonomi."
Salah satu individu yang dijatuhi sanksi adalah Salim Ahmed Said, pengusaha Irak-Inggris yang dituduh menjalankan jaringan penyelundupan minyak dengan mencampur minyak Iran dan Irak untuk menghindari sanksi internasional.
Sanksi Terhadap AQAH dan Respons Pasca Konflik Iran-Israel
Departemen Luar Negeri AS juga menjatuhkan sanksi terhadap tujuh pejabat senior dan satu entitas yang terkait dengan Al-Qard al-Hassan (AQAH), lembaga keuangan yang dikelola Hizbullah.
"Para pejabat ini melalui peran manajemen mereka, telah memfasilitasi penghindaran sanksi oleh Hizbullah, yang memungkinkan AQAH melakukan transaksi jutaan dolar melalui rekening 'bayangan'," jelas pernyataan resmi Departemen Luar Negeri AS.
Sebagai bagian dari upaya pengawasan dan penghentian jaringan tersebut, program Rewards for Justice menawarkan hadiah hingga 10 juta dolar AS bagi informasi yang dapat menggagalkan aktivitas keuangan Hizbullah.
Sanksi ini diberlakukan hanya beberapa hari setelah berakhirnya konflik bersenjata selama 12 hari antara Iran dan Israel.
Konflik dimulai pada 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan terhadap situs militer dan nuklir Iran, yang kemudian dibalas oleh Teheran dengan rudal dan drone.
AS terlibat dengan membombardir tiga situs nuklir Iran sebelum akhirnya mengupayakan gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 24 Juni 2025.
- Penulis :
- Aditya Yohan