
Pantau.com - Parasit penyebab malaria yang kebal terhadap obat kini telah menyebar di seluruh Asia Tenggara.
Dikutip dari The Guardian, Selasa (23/7/2019), dalam studi kembar yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases, di beberapa bagian Thailand, Vietnam dan Kamboja hingga 80 persen yang kebal dua obat antimalaria yang paling umum.
Parasit Plasmodium falciparum juga memperoleh resistansi terkait dengan kegagalan pengobatan dalam setengah kasus dengan salah satu kombinasi obat garis depan terbaru dan paling ampuh.
“Temuan yang mengkhawatirkan ini menunjukkan bahwa masalah resistensi multi-obat di P falciparum telah secara substansial memburuk di Asia Tenggara sejak 2015,” kata Olivo Miotto dari Wellcome Sanger Institute dan Universitas Oxford, yang turut memimpin penelitian ini, dikutip dari The Guardian, Selasa (23/7/2019).
Baca juga: Aktivis Binatang Bakal Dihukum Berat Jika Masuki Pertanian Secara Ilegal
"Strain parasit resisten yang sangat sukses ini mampu menginvasi wilayah baru dan memperoleh sifat genetik baru."
"Kami menemukan (itu) telah menyebar secara agresif, menggantikan parasit malaria lokal, dan telah menjadi strain dominan di Vietnam, Laos dan Thailand utara-timur."
Miotto memperingatkan prospek mengerikan parasit yang menyebar ke Afrika, tempat sebagian besar kasus malaria terjadi.
Resistensi yang serupa dengan obat malaria garis depan lama, kloroquine, berkontribusi pada jutaan kematian di seluruh Afrika pada 1980-an. Malaria membunuh lebih dari 400.000 orang per tahun, kebanyakan anak-anak di Afrika.
Baca juga: Wow, Belajar Agama di Australia Gunakan Bahasa Indonesia! Dan Hasilnya...
Lebih dari 200 juta orang terinfeksi dengan parasit P. falciparum, yang bertanggung jawab atas sembilan dari 10 kematian malaria secara global.
Kombinasi obat yang dikenal sebagai DHA-PPQ awalnya efektif melawan parasit, sebelum dokter melihat tanda-tanda resistensi pada 2013.
Studi terbaru tentang tingkat kegagalan DHA-PPQ menunjukkan bahwa mereka sekarang telah mencapai 53 persen di Vietnam barat daya, dan setinggi 87 persen di Thailand timur laut.
- Penulis :
- Widji Ananta