
Pantau.com - Di tengah parade Hari Tentara yang digelar hari ini, Pemimpin Junta Militer Min Aung Hlaing kembali menegaskan janjinya untuk mengadakan pemilihan umum ulang.
Hal tersebut dilakukan usai kudeta yang dilakukan militer pada bulan lalu. Ming Aung Hlaing juga menyebut bahwa tindak kekerasan yang dilakukan tentara beberapa waktu belakangan tidak pantas. Namun dia menegaskan hal tersebut dilakukan untuk menekan unjuk rasa.
Baca juga: Demonstrasi Kian Mencekam, 96 Orang WNI Putuskan Tinggalkan Myanmar
"Tentara berusaha untuk bergandengan tangan dengan seluruh bangsa untuk menjaga demokrasi," kata Min Aung Hlaing dalam pidatonya di Hari Angkatan bersenjata Myanmar dalam siaran langsung di televisi pemerintah, dikutip dari Reuters, Sabtu (27/3).
Min Aung Hlaing sendiri tak memberikan tanggal pasti pemilu akan diselenggarakan. Selain itu, dia juga mengatakan militer terus berusaha melindungi rakyat dan juga memulihkan situasi di seluruh negeri. Seperti kita ketahui bersama Saat ini situasi di Myanmar masih bergejolak pasca-kudeta militer pada pemerintah terpilih Aung San Suu Kyii pada 1 Februari lalu.
Demonstrasi yang berlangsung kemarin juga kembali menelan korban empat jiwa, sehingga total korban tewas mencapai 328 orang selama kudeta berlangsung, berdasarkan data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (Assistance Association for Political Prisoners)
Militer Myanmar tak segan-segan melepaskan tembakan ke kepala seseorang jika mereka dianggap mengganggu atau melanggar hukum. Sebanyak 25 persen kematian tersebut terjadi karena tembakan di kepala. Hingga saat ini Militer Myanmar belum berkomentar mengenai jumlah korban jiwa ini.
Baca juga: Jokowi Akan Hubungi Sultan Brunei, Usulkan Pertemuan ASEAN soal Myanmar
Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan militer Myanmar telah berbalik melawan warganya sendiri. "Wanita, pemuda dan anak-anak termasuk di antara mereka yang terbunuh," kata Burgener dalam sebuah pernyataan.
- Penulis :
- Denis Syaiful Arif