
Pantau.com - Sekolah tatap muka, sudah berlangsung dibeberapa sekolah di Indonesia. Namum sekolah tatap muka atau Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas ini menjadi pertanyaan saat ancaman Covid-19 Omicron mulai meningkat di Indonesia.
Menurut epidemiolog Griffith University Dicky Budiman, sekolah tatap muka merupakan suatu hal yang harus diprioritaskan. Tetapi harus tetap memperhatikan risiko penularan lokal Covid-19 varian Omicron.
"Mitigasinya yang harus kita perkuat karena yang kita hadapi bukan hanya Omicron tapi Delta juga masih ada," kata Dicky di Instagram Live Suara Edukasi, Selasa (4/1/2022).
Syarat utama sekolah tatap muka adalah vaksinasi Covid-19, yang sudah lengkap dilakukan guru, staf sekolah, dan orang tua murid.
Jika ada guru yang masuk kategori berisiko tinggi, harus menerima vaksin booster atau dosis ketiga. Kemudian pihak sekolah harus memperhatikan ventilasi untuk sirkulasi udara di ruang kelas.
Baca Juga : Gawat! 414 Orang Positif Omicron
Tidak hanya itu, jarak dua meter juga harus diterapkan, atau sekolah tatap muka bisa dilakukan di ruangan terbuka untuk menghindari transmisi lokal Omicron.
Vaksinasi pada murid penting dilakukan, jika melakukan sekolah tatap muka 100 persen. Jangan biarkan murid yang belum divaksin diizinkan masuk ke sekolah, ditunda terlebih dahulu.
"Sekali lagi dengan ancaman Omicron, syarat vaksinasi dua dosis menjadi satu keharusan. Yang terjadi Eropa atau Amerika Serikat, rawat inap anak meningkat empat kali lipat karena belum divaksin," kata Dicky.
Sedangkan IDAI meminta Sekolah Tatap Muka 100 Persen Dibatalkan, bila Ditemukan Transmisi Lokal Varian Omicron.
"Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan dengan metode 50 persen daring dan 50 persen tatap muka bila ditemukan transmisi lokal varian omicron yang masih dapat dikendalikan," kutipan rekomendasi IDAI yang ditandatangani Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso, Minggu (2/1/2022).
Baca Juga : Gejala Omicron pada Anak
Rekomendasi tersebut disampaikan IDAI, merespons Pemprov DKI Jakarta yang telah memulai sekolah tatap muka 100 persen.
IDAI merekomendasikan, metode pembelajaran gabungan yakni 50 persen daring dan 50 persen sekolah tatap muka untuk menekan penyebaran Omicron.
Ketentuan itu berlaku bagi anak sekolah berusia 6-18 tahun.
Namun bagi anak usia di bawah 6 tahun yang belum bisa mengikuti sekolah tatap muka, IDAI menyarankan sistem pembelajaran sinkronisasi dan asinkronisasi dengan metode daring dan mengaktifkan keterlibatan orang tua di rumah.
Disarankan banyak melakukan kegiatan di ruang terbuka, agar mengeksplorasi kreativitas anak.
"Misalnya, melakukan permainan daerah di rumah, dan melakukan pembelajaran outdoor mandiri di tempat terbuka masing-masing keluarga dengan modul yang diarahkan sekolah seperti aktivitas berkebun, eksplorasi alam dan sebagainya," rekomendasi IDAI.
- Penulis :
- trias