
Pantau.com - Kasus pertama varian Omicron di Indonesia ternyata sudah masuk sejak 27 November 2021, gelombang awal tahun Covid-19 terutama varian Omicron di tanah air membuat anak masuk dalam kelompok rentan.
rnrnrnrnrnHal tersebut divalidasi oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso. Dalam konferensi pers, dr Piprim melaporkan kasus Covid-19 pada anak mengalami lonjakan yang pesat dalam kurun sebulan terakhir.
rnrnrnrn"Laporan teman-teman di cabang, pasien anak saat ini dibanding Januari sudah 10 kali lipat lebih banyak. Tren kenaikannya luar biasa," kata Piprim dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 9 Februari 2022.
rnrnrnrnKemudian, dr. Piprim membacakan laporan kasus Covid-19 pada anak mengalami peningkatan 646 pada 24 Januari, 2.775 pasien pada 31 Januari, dan menyentuh angka 7.190 pasien pada 7 Februari. Karena itulah, tren kasus Covid-19 pada anak ditaksir mengalami peningkatan sebesar 300 persen.
rnrnrnrnSpesialis Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dr. Rebriarina Hapsari, M.Sc, Sp.MK mengatakan, gejala Omicron pada tingkat usia tertentu tidak dapat dibedakan. dr Rebriarina berpendapat untuk tidak ambil pusing terkait varian yang dialami, jika mengalami gejala infeksi saluran napas atau gejala yang mengarah pada infeksi Covid-19, hendaknya langsung melakukan tes Covid-19.
rnrnrnrn“Omicron memang menyerang lebih banyak kepada anak dan dewasa muda, tapi gejalanya itu tidak bisa kita bedakan dengan yang lain, intinya adalah gejala saluran pernapasan,” kata Rebriarina pada Sabtu, 12 Februari 2022.
rnrnrnrn"Tidak usah dibedakan misal ‘kalau omicron ditambah pusing dan pingsan’ seperti di Afrika banyak yang seperti itu, jadi misal berasumsi ‘saya enggak pusing dan pingsan berarti bukan Omicron’, tetapi pokoknya kalau ada gejala demam, saluran napas, langsung tes Covid-19,” jelasnya.
rnrnrnrnNamun, varian Omicron yang banyak menyerang anak membuat anak berada dalam posisi yang rentan, terlebih jika memiliki komorbid. Salah satu kasus komorbid yang banyak dijumpai pada anak penyintas Covid-19 adalah obesitas. Pada kenyataannya, menurut Piprim, obesitas menjadi komorbid yang bisa memperburuk gejala Covid-19.
rnrnrnrn"Cegah anak menjadi pengidap komorbid akibat gaya hidup yang salah. Banyak sekali laporan anak-anak yang menjadi obesitas pada saat pandemi, padahal obesitas adalah komorbid yang penting, yang bisa membuat penyakit COVID menjadi fatal," tutur Piprim.
rnrnrnrnPiprim juga menyarankan agar orang tua di rumah bisa mengontrol pola hidup sehat anak, agar tidak mengalami masalah kesehatan yang merugikan seperti obesitas.
rnrnrnrn"Karena saking sayangnya dengan anak, anaknya sedang sekolah PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) diberi snack, makan tanpa henti. Akibatnya berat badannya naik 10-20 kilo. Anak yang tadinya sehat-sehat, kemudian menjadi pengidap komorbid karena perlakuan salah dari orangtua," jelasnya lagi.
rnrn- Penulis :
- Tim Pantau.com