
Pantau - Kehadiran Satu Suro ini bertepatan dengan tanggal 1 Muharram atau awal dari kalender Islam atau Hijriyah. Lantas, mengapa antara Satu Suro dan 1 Muharram selalu berdampingan? Menarik mundur ke sejarah di masa lalu, ada alasan di balik satu suro identik dengan tahun baru Islam.
Semua berawal dari zaman Sultan Agung, dimana masyarakat kala itu masih mengikuti penanggalan sesuai tahun saka. Seperti diketahui, ini merupakan warisan dari ajaran Hindu.
Padahal, di waktu yang bersamaan Kesultanan Mataram Islam pun telah menggunakan kalender Hijriah atau penanggalan Islam. Mengutip dari Indonesia Kaya, Sultan Agung yang hendak memperluas ajaran Islam di Tanah Jawa pun mulai memikirkan jalan tengah.
Dia berinisiatif mengkombinasikan kalender hijriah dan kalender saka. Hasilnya, muncul lah kalender Jawa yang dimulai dari bulan pertama bernama Siro.
Dua kalender ini digabungkan mulai dari Jumat Legi Bulan Jumadil Akhir (bulan ke enam kalender hijriah) pada tahun 1555 Saka atau sama dengan 8 Juli 1633 Masehi. Setelah disatukan akhirnya hadir satu suro sebagai hari pertama kalender Jawa bulan Suro, yang mana bertepatan dengan 1 Muharram (tahun baru Islam).
"Dari Sultan Agung inilah kemudian pola peringatan tahun Hijriah dilaksanakan secara resmi oleh negara, dan diikuti seluruh masyarakat Jawa, ungkap Muhammad Solikhin dalam Misteri Bulan Suro, Perspektif Islam Jawa, dikutip dari Indonesia Kaya, Selasa (18/7/2023).
Penamaan Bulan Suro sendiri diyakini mengambil dari kata bahasa Arab 'Asyura' atau yang berarti sepuluh. Maksudnya, sepuluh disini adalah tanggal 10 bulan Muharram, dimana pada waktu tersebut terjadi tragedi Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad meninggal dunia di Karbala.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari








