
Pantau.com - Upaya pemerintah selama ini menangani gizi buruk dengan memberikan asupan empat sehat lima sempurna, terlebih ditambah daging, nampaknya dianggap salah besar.
Menurut President of Vegan Society Indonesia Dokter Susianto Tseng, masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan lantaran masyarakat tidak mampu membeli makanan sehari-hari sehingga jarang makan.
"Saya sering ngomong di Kemenkes, anak-anak gizi buruk bukan karena tidak makan daging, cuma karena kurang makan. Ketersediaan makanan di rumah tangga tidak ada," ujar Susianto dalam acara diskusi di Senayan City, Jakarta, Selasa, 2 Oktober 2018.
Baca juga: Beri Anak ASI Ekslusif Selama Dua Tahun Berisiko Alami Gizi Buruk
Bukan tanpa dasar, pendapat ini telah dibuktikan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan baik di dalam negeri seperti ahli gizi Universitas Indonesia ataupun jurnal penelitian luar negeri menemukan anak yang tidak memakan daging bukan berarti kurang gizi.
"Anak-anak tidak makan daging, tidak kurang gizi kok. Karena cukup makan, karena semua gizi yang ada di hewani bisa subtitusi, bisa digantikan dengan nabati. Bahkan gizi nabati lebih tinggi kadarnya, protein, zat besi dan segala macam," ungkap Susianto.
Sehingga pandangan pemerintah yang sering memberikan subsidi daging untuk anak di daerah yang gizi buruk, adalah tindakan yang keliru dan patut dievaluasi.
"Iya (salah), makanya sekarang kami sudah mulai bekerjasama dengan Kemenkes dan saya sudah keliling di beberapa dinas kesehatan untuk memberikan informasi ini," tuturnya.
"Supaya kalau mereka menangani gizi buruk, gizinya kurang, tidak lagi mati hanya harus makan daging," lanjutnya.
Masalah yang terbesar adalah bagaimana jika keluarga tak memiliki dana untuk membuat makanan, bahkan dengan sayur mayur, tempe tahu, sekalipun. Sehingga kata Susianto, inilah pekerjaan rumah pemerintah untuk memberikan pengetahuan dan menciptakan kebijakan.
"Kalau orang desanya tidak punya duit untuk beli daging gimana? Kurang gizi selamanya, enggak dong. Dia bisa makan yang lain kok, tidak akan kurang gizi," imbuhnya.
Baca juga: Meski Bergizi, Tahu Ternyata Bisa Berdampak Buruk untuk Kesehatan
"Jadi saya bukan omong kosong, ini bukti ilmiah. Hasil penelitian luar negeri juga begitu, hasil penelitian kami di gizi UI juga begitu, seperti di beberapa kampus yang lain," tutupnya.
- Penulis :
- Rifeni