
Pantau - Fetish adalah sebutan bagi orang yang biasanya memiliki dorongan seksual atau ketertarikan pada bagian-bagian tubuh yang sifatnya non-genital seperti rambut, telapak kaki dan ibu jari kaki atau benda mati.
Lantas, apakah fetish merupakan sebuah gangguan psikologis?
Psikolog Inez Kristanti kepada ANTARA mengatakan bahwa fetish belum tentu disebut sebagai gangguan psikologis. Karena ketika seseorang merealisasikan fetish-nya dengan pasangan yang memberikan persetujuan atau mau sama mau, maka fetish bisa saja tidak menjadi sebuah masalah.
Akan tetapi, kondisinya bisa menjadi berbeda jika kecenderungan ini sampai menimbulkan distress yang signifikan bagi orang yang mengalami fetish, merugikan orang lain atau memaksa orang lain melakukan fetish yang sebenarnya tidak diinginkan sehingga menimbulkan trauma bagi orang tersebut.
Contohnya ketika seseorang merealisasikan fetish tanpa persetujuan orang yang bersangkutan untuk melakukan aktivitas seksual, pada kasus seperti ini seseorang dapat mengkonsultasikan kondisinya kepada pakar kesehatan mental untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai. diketahui bahwa diagnosis fetishistic disorder bisa diberikan oleh mental health professional.
Psikolog lainnya, Nirmala Ika juga sependapat. Untuk memastikan seseorang dengan fetish perlu dilakukan pemeriksaan langsung oleh para ahli kesehatan. Beliau juga tidak menyebut fetish sebagai salah satu bentuk penyimpangan seksual. Menurutnya, sebuah perilaku dapat disebut penyimpangan seksual jika minimal selama enam bulan terus terfokus pada fantasi dan membuat dia tidak bisa berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-harinya.
Hal ini karena pikirannya fokus di suatu tempat, sehingga mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu misalnya sampai mencuri, atau bahkan hingga melakukan tindakan kriminal yang lebih berat lagi demi mendapatkan objek yang dia inginkan.
- Penulis :
- Latisha Asharani
- Editor :
- Firdha Riris