
Pantau.com - Sebagai desainer yang menggunakan batik tulis asli dalam busana hasil karyanya, Oscar Lawalata mengkritik pedas para pabrik kain yang dengan seenaknya mem-printing motif batik yang dibuat para pembatik hingga berbulan-bulan.
"Kalau orang sudah ngerjain sampai enam bulan tiba-tiba dicetak 10 ribu meter, dijual di pasaran, kan kasihan yang ngerjain enam bulan, dia yang bikin motifnya," ujar Oscar beberapa hari lalu di Jakarta Selatan.
Ia mengatakan, tindakan para pabrik tekstil atau konveksi yang seenaknya ini dapat mematikan mata pencaharian para pengrajin batik. Bukannya semakin sejahtera saat motifnya banyak dijual di pasaran, para pengrajin maah rugi karena keuntungan bukan untuk mereka.
"Misalkan setiap jumat pegawai negeri harus memakai batik. Di luar mereka membeli, of course, dengan kemampuan mereka. Tapi di luar mereka enggak tahu mana yang printing, mana yang enggak," tuturnya.
Alih-alih ikut mengutuk Malaysia yang mengklaim batik, pemilik 'Oscar Culture' ini penuh harap meminta pemerintah untuk menindak tegas dan mendisiplinkan para pengusaha konveksi dan pabrik tekstil yang seenaknya menjual motif-motif batik dengan printing.
"Kenapa orang suka komplain Malaysia? Saya sarankan saja, disiplin dulu di dalam, lindungi dulu pengrajin yang benar. Itu industri-industri kain tolong disiplinkan," tuturnya menggebu-gebu
"Bahwa yang bermotif jangan menyebut batik print deh. Batik ya batik, jangan di-print, kecuali cap. Kan ada batik cap, kan enggak apa-apa," sambungnya emosi.
Baca juga: Oscar Lawalata Sedih Lihat Para Pembatik Indonesia 'Buta' Tren Fashion
Selain itu, edukasi dan pengenalan pada masyarakat pengetahuan tentang batik juga patut dikuasai, agar mampu mengenal dan membedakan antara batik tulis dan batik printing yang biasanya memiliki tingkat harga berbeda.
"Kadang-kadang batik print-nya juga mahal, tapi orang enggak tahu itu print, kan enggak fair (adil)," imbuhnya
"(Cara bedainnya) harus sering-sering lihat kain, lama-lama ngerti. Cuma kan enggak semua orang suka karena orang liat motifnya yang penting lucu, beli pakai, mereka mana mau pusing," lanjutnya.
Baca juga: Batik Kembali Diklaim Malaysia, Oscar Lawalata: Instropeksi Saja Dulu!
Pria yang baru saja berkeliling Indonesia untuk mengedukasi para pengrajin batik di beberapa daerah tanah air juga menyayangkan kemajuan teknologi yang justru merugikan para pembatik yang lagi-lagi berhasil membuat para pembeli terkecoh.
Namun, harapannya hanya berada di tangan pemerintah untuk memberikan regulasi yang jelas agar adat dan budaya Indonesia juga lebih dihargai. Sebelum melangkah ke luar negeri, masyarakat juga harus mampu menghargai.
- Penulis :
- Rifeni