
Pantau.com - Beberapa dari kita suka makanan pedas, sedangkan sebagian dari kita juga menghindari makanan pedas karena takut berbagai hal. Terlepas dari itu, ada beberapa yang percaya pada mitos tentang makanan pedas dan ini terkadang menjadi alasan kenapa sebagian orang itu menghindari makanan pedas.
Ya, sebagian besar hal yang kita dengar tentang makanan pedas tidak sepenuhnya benar. Beberapa bahkan menjadi kesalapahaman. Dilansir Boldsky, berikut beberapa mitos tentang makanan pedas yang tidak benar.
Baca juga: Apa yang Sebabkan Susu Bisa Redakan Rasa Pedas?
Ilustrasi (Pixabay)
Pertama
Sebagian besar dari kita percaya bahwa makanan pedas dapat mempercepat metabolisme. Tetapi statistik menunjukkan bahwa efeknya terlalu kecil untuk dipertimbangkan.
Kedua
Kita juga percaya bahwa makanan pedas adalah alasan di balik penyakit bisul. Namun baru-baru ini, para peneliti menemukan fakta bahwa bakteri aneh yang tumbuh di perut adalah alasan sebenarnya di baliknya.
Ketiga
Makanan pedas tidak menyebabkan mati rasa seperti yang diyakini banyak orang. Faktanya, perasaan mati rasa itu disebabkan oleh reaksi tubuh ketika Anda mengonsumsi sesuatu yang sangat pedas. Ketika lidah terbakar, otak Anda mencoba untuk melepaskan beberapa bahan kimia perasaan-enak untuk menenangkan Anda.
Baca juga: 7 Manfaat Wasabi dari Turunkan Berat Badan Hingga Cegah Parkinson
Ilustrasi (Pixabay)
Keempat
Makanan pedas dapat memperburuk kondisi jika Anda menderita kondisi seperti refluks asam. Tapi tidak seperti yang banyak orang percaya, makanan pedas tidak menyebabkan refluks asam.
Kelima
Sebelumnya, diyakini bahwa makanan pedas dapat menggerogoti lapisan perut. Tetapi para peneliti menemukan bahwa parasit atau obat dengan resep tertentu bertanggung jawab untuk itu.
Keenam
Banyak yang berpikir bahwa makanan pedas bisa membuat Anda menjadi pecandu. Ini hanya mitos karena para ahli kesehatan tidak menemukan bukti yang mendukung pernyataan itu.
Ketujuh
Beberapa wanita percaya bahwa makanan pedas dapat menyebabkan persalinan prematur saat dikonsumsi selama kehamilan. Ini juga mitos menurut peneliti.
- Penulis :
- Kontributor NPW