
Pantau.com - Polymerase chain reaction (PCR) menjadi pengujian yang dinilai paling sensitif dan efektif untuk digunakan di masa pandemi COVID-19, kata seorang pakar kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
"PCR bisa dikatakan sebagai gold standard yang terbaik untuk mendeteksi COVID-19. Pasien yang dirawat sudah tidak ada keluhan, kalau dites PCR masih bisa positif karena walau virus hancur dan berkeping-keping masih ada bagian virus yang terdeteksi," kata Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban dalam acara Anda Bertanya, IDI Menjawab di YouTube Kemkominfo RI yang diikuti dari Jakarta, Jumat (29/10).
Baca juga: Anggota DPR Kritisi Pemerintah Meski Sudah Turunkan Harga PCR: Masih Memberatkan Rakyat
PCR bahkan lebih akurat dibandingkan alat tes lainnya seperti antigen, G-Nose maupun antibodi. "Kita pernah pakai antibodi, ternyata tidak benar (hasilnya) kemudian kita hapus gak boleh lagi," katanya.
Kemudian pemerintah memberlakukan tes menggunakan G-Nose atau Gadjah Mada Electronic Nose COVID-19 sebagai alat tes diagnostik cepat berbasis kecerdasan buatan untuk mendeteksi COVID-19 melalui embusan napas yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada. "Kita pernah pakai G-Nose yang murah meriah dan bagus. Ternyata laporannya menunjukkan amat tidak bagus, jadi kita hilangkan," katanya.
Saat ini alat tes COVID-19 yang direkomendasikan pemerintah, kata Zubairi, tinggal PCR dan antigen. "Antigen bagus sekali tapi masih kalah dengan PCR," katanya.
Baca juga: Terkuak Juga! Akhirnya Terjawab Alasan Tes PCR Diwajibkan untuk Pelaku Perjalanan
Zubairi mengatakan tes antigen saat ini sudah diperbolehkan untuk pelaku perjalan udara luar Pulau Jawa-Bali dengan pertimbangan jumlah orang yang melakukan perjalanan tidak lebih banyak dari tujuan daerah di Jawa Bali. "Penerbangan Jakarta-Bali sekarang lagi penuh banget. Kalau luar Jawa-Bali seperti Palembang itu sepi sehingga tidak berisiko tinggi," katanya.
Sementara seluruh pelaku perjalanan domestik tujuan Jawa-Bali diwajibkan tes PCR sebab memiliki tingkat akurasi dan sensitivitas yang lebih tinggi untuk mendeteksi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
rn- Penulis :
- Noor Pratiwi