Pantau - Momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023 membuat Firli Bahuri mengingat masa kecilnya. Terutama saat ia harus berangkat ke sekolah dasar (SD).
Sosok Ketua KPK ini merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara. Ia berasal dari keluarga miskin dan tinggal di pedalaman di Sumatera Selatan.
Saat itu, ia harus rela berjalan kaki. Pulang dan pergi setiap hari sekolah.
Mirisnya, Firli Bahuri tidak menggunakan alas kaki sama sekali. Saking miskinnya.
"Di kala teman SD berangkat diantar orang tua atau saudaranya dengan sepeda, saya harus berjalan kaki "nyeker" pergi dan pulang ke sekolah sejauh 16 KM setiap hari,karena tidak memiliki sandal apalagi sepatu," kata Firli Bahuri dalam keterangannya, Selasa (2/5/2023).
Bahkan untuk pembayaran SPP sekolah saat itu, orang tua Firli tidak memiliki uang. Orang tua Firli tidak kehabisan akal.
Uang sekolah Firli dibayar dengan cara barter hasil kebun dan kolam. Seperti buah kelapa, ikan atau durian.
"Alhamdulillah Kepala Sekolah SD menerima kelapa atau durian atau ikan hasil tangkapan sendiri sebagai pengganti uang SPP," ungkap Firli Bahuri.
Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, apalagi usai ditinggal wafat ayah, Firli Bahuri menguatkan tekad dan diri untuk terus sekolah setinggi-tingginya. Tak lain dan tak bukan agar nasib dirinya dan keluarga dapat berubah.
"Berat dan perih memang, tapi harus dijalankan agar tetap sekolah," tegas Firli Bahuri.
Sosok Ketua KPK ini merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara. Ia berasal dari keluarga miskin dan tinggal di pedalaman di Sumatera Selatan.
Saat itu, ia harus rela berjalan kaki. Pulang dan pergi setiap hari sekolah.
Mirisnya, Firli Bahuri tidak menggunakan alas kaki sama sekali. Saking miskinnya.
"Di kala teman SD berangkat diantar orang tua atau saudaranya dengan sepeda, saya harus berjalan kaki "nyeker" pergi dan pulang ke sekolah sejauh 16 KM setiap hari,karena tidak memiliki sandal apalagi sepatu," kata Firli Bahuri dalam keterangannya, Selasa (2/5/2023).
Bahkan untuk pembayaran SPP sekolah saat itu, orang tua Firli tidak memiliki uang. Orang tua Firli tidak kehabisan akal.
Uang sekolah Firli dibayar dengan cara barter hasil kebun dan kolam. Seperti buah kelapa, ikan atau durian.
"Alhamdulillah Kepala Sekolah SD menerima kelapa atau durian atau ikan hasil tangkapan sendiri sebagai pengganti uang SPP," ungkap Firli Bahuri.
Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, apalagi usai ditinggal wafat ayah, Firli Bahuri menguatkan tekad dan diri untuk terus sekolah setinggi-tingginya. Tak lain dan tak bukan agar nasib dirinya dan keluarga dapat berubah.
"Berat dan perih memang, tapi harus dijalankan agar tetap sekolah," tegas Firli Bahuri.
- Penulis :
- Muhammad Rodhi
