
Pantau - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menegaskan, untuk melawan radikalisme dan terorisme tidak cukup hanya menggunakan penegakan hukum.
Namun, saat ini dibutuhkan strategi khusus untuk mencegah paham menyimpang tersebut melalui vaksin ideologi.
"Hakekat vaksin ideologi adalah mengamalkan nilai-nilai dalam Pancasila yang sudah disepakati sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral, serta alat pemersatu bangsa," ujar Bamsoet usai mengikuti Silaturahmi Kebangsaan di Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Bamsoet menuturkan, di masa lampau para kelompok teroris menyebarkan propagandanya melalui pertemuan tatap muka secara langsung.
Saat ini, lanjutnya, mereka sudah menggunakan kekuatan media sosial untuk menyebarkan ideologi teroris dan radikalisme. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar di dunia.
"Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2020 melaporkan, potensi Gen-Z (usia 14-19 tahun) yang terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen," terangnya.
Bamsoet menegaskan, sangat penting bagi seluruh anak bangsa untuk mengamalkan kembali nilai-nilai Pancasila. Tidak hanya sekedar menjadi hafalan semata, melainkan dipraktikkan dalam keseharian.
Ia melanjutkan, pemupukan terhadap nilai-nilai Pancasila juga harus semakin digencarkan. Baik melalui pendidikan di sekolah formal, maupun melalui berbagai kegiatan kebangsaan lainnya.
"Ancaman serta serangan radikalisme, terorisme ataupun komunisme harus dilawan dengan penguatan ideologi. Karenanya, MPR RI gencar melaksanakan vaksinasi ideologi berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI," pungkasnya.
Namun, saat ini dibutuhkan strategi khusus untuk mencegah paham menyimpang tersebut melalui vaksin ideologi.
"Hakekat vaksin ideologi adalah mengamalkan nilai-nilai dalam Pancasila yang sudah disepakati sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral, serta alat pemersatu bangsa," ujar Bamsoet usai mengikuti Silaturahmi Kebangsaan di Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Bamsoet menuturkan, di masa lampau para kelompok teroris menyebarkan propagandanya melalui pertemuan tatap muka secara langsung.
Saat ini, lanjutnya, mereka sudah menggunakan kekuatan media sosial untuk menyebarkan ideologi teroris dan radikalisme. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar di dunia.
"Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2020 melaporkan, potensi Gen-Z (usia 14-19 tahun) yang terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen," terangnya.
Bamsoet menegaskan, sangat penting bagi seluruh anak bangsa untuk mengamalkan kembali nilai-nilai Pancasila. Tidak hanya sekedar menjadi hafalan semata, melainkan dipraktikkan dalam keseharian.
Ia melanjutkan, pemupukan terhadap nilai-nilai Pancasila juga harus semakin digencarkan. Baik melalui pendidikan di sekolah formal, maupun melalui berbagai kegiatan kebangsaan lainnya.
"Ancaman serta serangan radikalisme, terorisme ataupun komunisme harus dilawan dengan penguatan ideologi. Karenanya, MPR RI gencar melaksanakan vaksinasi ideologi berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI," pungkasnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas